INTERNASIONALPemerintahan

Menelusuri Jejak PMI Legal di Malaysia: Rindu Bekerja di Kampung Sendiri, Titip Pesan untuk Gubernur NTB Terpilih  

Jika dihadapkan dua pilihan, bekerja di negara sendiri atau merantau ke Malaysia, maka pilihannya tentu saja bekerja yang mendekatkan dengan kampung halaman. Sebab menahan rindu dengan keluarga sama besarnya dengan keinginan bekerja di negara sendiri.

————————–

Setelah dari Ladang Tuan Mee SG Buloh, Selangor Kuala Lumpur Malaysia, rombongan Forum Wartawan Parlemen NTB bersama Disnakertrans NTB, keesokan harinya Tanggal 10 Desember 2024 bergerak ke  FGV Plantation di Perak. Tepatnya di Kompleks FGVPM Besout.

Suasana dingin menyelimuti perjalanan kami selama sekitar 2 jam dari Cititel Mid Valley Hotel Kuala Lumpur.

Suasana yang sama kami rasakan ketika perjalanan dan tiba di Ladang Tuan Mee SG Buloh, Tanggal 9 Desember sebelumnya. Hujan sempat mengguyur site office perusahaan yang mengelola 2.300 hektare sawit itu. Sambil nenggak kopi yang disuguhkan, kami berbincang dan wawancara dengan beberapa pekerja.

Salah satunya Ahmad Yani, asal Kuta Lombok Tengah. Menjadi bagian dari rantai panen Sawit dengan gaji lumayan. Yani bisa meraup 3000 ringgit malaysia (RM) setiap bulannya. Setara Rp10.500.000 jika kurs Rp3.500 / RM.

Tapi gaji sebesar itu tak berarti apa apa dibanding beratnya menanggung rindu kepada keluarga. Apalagi pria dua anak ini belum merasakan sebagai ayah sepenuhnya. Kedua orang tuanya yang masih hidup, butuh perawatan di usianya yang semakin renta.

“Kalau ada kerjaan di Lombok lebih baik.  Apalagi kita sudah ada anak,  orang tua masih hidup. Lebih enak kerja di kampung halaman. Walau pun gaji kita gak sebesar di sini,” kata Yani.

PMI asal Lombok, Ahmad Yani. Foto: Haris Al Kindi

 Tak pernah terbayangkan sebelumnya menjadi TKI. Karena itu bukan cita cita Yani. Tapi tuntutan kebutuhan hidup, kemudian pengaruh lingkungan teman sebayanya juga banyak merantau.

Ia berharap Gubernur NTB terpilih, Lalu Muhammad Iqbal memutus rantai generasi muda yang pergi ke luar negeri.

“Kalau kita semua keluar (merantau) terus, generasi muda Lombok ini siapa nanti ke depannya?,” ujar Yani getir.

Yani memang tidak sempat mencoblos, tapi mengikuti sedikit perkembangan politik daerah lewat gawainya. Sampai akhirnya ia tahu siapa gubernur NTB terpilih. Karena itu ia menitip harapan.

“Kalau bisa pak Gubernur, lihatlah kita yang kerja sebagai bawahan di TKI ini. Dulu saya tidak ada cita cita jadi TKI.  Besar harapan saya agar bapak Gubernur buka lapangan kerja, apapun itu, lapangan kerja, tidak mungkin kita terus di luar seperti ini,” kata Yani penuh harap.

Jika diberikan pilihan dan mendapat kesempatan, ia ingin bekerja di Sirkuit Mandalika, dalam posisi apapun yang sesuai kapasitas kemampuannya.

“Sebagai orang Lombok Tengah, bangga kita bisa bekerja di sana (Sirkuit, red),” ujar eks pekerja serabutan di kebun tembakau ini.

Kunjungi FGVPM Besout

PMI asal Lombok saat menyampaikan harapan ke Kadisnakertrans NTB dan petinggi FGVPM Besout. Foto: Haris Al Kindi

Keesokan harinya di FGVPM Besout, rombongan Kadisnakertrans Provinsi NTB I Gede Aryadi diterima langsung oleh CEO FGVPM Hamdan Ismail dan jajaran. Pemimpin perusahaan besar milik pemerintah Malaysia yang bergerak di perkebunan sawit.

Hadir pula puluhan PMI yang berasal dari berbagai daerah di Lombok. Mereka melakukan dialog dengan Kadisnakertrans NTB dan menanyakan sejumlah hal, mulai dari program asuransi kesehatan untuk PMI hingga program PMI purna yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah.

Saat memberikan arahan, Kadisnakertrans NTB I Gede Putu Aryadi mengatakan, pihaknya kembali datang ke perusahaan perkebunan di Malaysia untuk memastikan para pekerja asal NTB telah menerima semua hak-haknya, sehingga job order dari FGV untuk warga NTB bisa ditambah.

“Job order ada 5000 di NTB. Harus selesai penempatan bulan Januari besok. Jika di sini bagus, kenapa tidak kita ikuti, jika ada kekurangan mari kita perbaiki,” kata Aryadi.

Dalam kesempatan tersebut, ia meminta agar pihak perusahaan pemberi kerja benar-benar memberikan perlindungan kepada PMI asal NTB yang bekerja di sini. Terutama yang berkaitan dengan akses kesehatan, waktu kerja yang cukup dengan istirahat, lingkungan tempat tinggal yang sesuai standar, termasuk masalah psikologi menjadi perhatian.

“Karena psikologi menyangkut hubungan pemberi kerja dnegan pekerja. Jika ada masalah, silahkan sampaikan secara santun dan baik-baik. Jangan melakukan langkah-langkah yang tidak baik,” pesannya.

Secara khusus, Aryadi meminta kepada semua pekerja agar benar-benar menghindari hal-hal yang bisa merusak diri dan menghancurkan ekonomi seperti judi online, kecanduan miras dan narkoba termasuk juga main perempuan.

“Gaji yang didapat jangan pakai judi, jangan miras, jangan main perempuan. Sekarang ini banyak judi online, jangan lakukan karena akan merugikan diri, jangan sering-sering ke kafe,” terangnya.

Aryadi juga mengingatkan para PMI agar tetap mentaati aturan negara dan perusahaan. Jangan sampai keluar dari aturan yang sudah ada agar tak timbul persoalan di negeri jiran. Sebab banyak pihak yang membujuk PMI agar pindah ke perusahaan lain dengan iming-iming gaji lebih tinggi, namun pada akhirnya hoaks. Sehingga inilah terkadang yang membuat PMI menjadi ilegal karena kabur dari perusahaan yang legal. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button