ADVERTORIALDiskominfotik NTB

NTB Alami Inflasi 1,44 Persen, Sekda Tekankan Kebijakan Efektif bagi Pertumbuhan Ekonomi

Mataram (NTBSatu) – Badan Pusat Statistik (BPS) NTB mencatat, pada Oktober 2024 terjadi inflasi year on year (y-on-y) Provinsi NTB sebesar 1,44 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,96.

Inflasi y-on-y ini terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan naiknya indeks kelompok pengeluaran. Yaitu, kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 6,85 persen; kelompok pendidikan sebesar 3,82 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 2,09 persen.

Begitu juga dengan kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 1,94 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,39 persen.

Kemudian, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 1,36 persen; kelompok kesehatan sebesar 1,07 persen; kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,98 persen.

Lalu, kelompok transportasi sebesar 0,62 persen; dan kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,42 persen. Sementara kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks, yaitu kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,95 persen.

Adapun tingkat inflasi month to month (m-to-m) Provinsi NTB bulan Oktober 2024 sebesar 0,09 persen dan tingkat inflasi year to date (y-to-d) pada bulan Oktober 2024 sebesar 0,26 persen.

Terhadap itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi NTB Drs. H. Lalu Gita Ariadi, M.Si menekankan pada arah kebijakan yang efektif untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Baik di sektor pertanian, perikanan, kerajinan dan sektor lainnya.

Contohnya, seperti cold storage sebagai tempat penyimpanan bahan olahan hasil produksi pertanian dan perikanan yang bisa mengoptimalkan keuntungan.

“Upaya ini menjadi rekomendasi dan arah kebijakan bagi kita untuk mengantisipasi kelangkaan bahan makanan dan sebagainya,” ungkapnya.

Ia menjelaskan, NTB membutuhkan industri yang mampu mengolah dan memberdayakan ekonomi lokal dari hulu sampai ke hilir.

Kemudian, diolah menjadi sambal tomat dalam kemasan sehingga meningkatkan nilai tambah. Upaya-upaya tersebut menjadi solusi bagi ekonomi masyarakat dan ketersediaan bahan makanan. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button