Mataram (NTBSatu) – Warga Tiga Gili, Khususnya Gili Trawangan dan Gili Meno, mengaku lelah menghadapi krisis air yang dialami berbulan-bulan. Krisis yang berawal dari polemik kehadiran PT TCN dan bersamaan dengan itu, terjadi kerusakan lingkungan.
Bahkan terjadi gesekan antar warga lokal karena pro kontra krisis air dan kerusakan lingkungan. Sementara Pemprov NTB dan Pemkab KLU diminta berhenti retorika, didesak segera hadirkan solusi konkret.
Kekesalan warga itu mengemuka saat diskusi “Panggung Rakyat, Pemenuhan Hak Air Bersih Gili Tramena Tanpa Merusak Lingkungan Hidup” yang digelar Walhi NTB, Kamis 31 Oktober 2024.
Krisis Air Ancam Warga
Salah seorang warga Gili Meno, Zainur menyoal keberadaan TCN di Gili Trawangan yang merusak kawasan bawah laut. Jika perusahaan ini bergeser ke Gili Meno, maka ia yakin kerusakan sama terjadi.
Bagi Zainur, krisis air yang mereka sedang hadapi, akan lebih berbahaya jika perusahaan itu beroperasi dan merusak terumbu karang.
Mereka tidak akan membiarkan “lumbung padi” mereka berupa kekayaan alam Terumbu karang rusak gara gara investasi air.
Seharusnya ada solusi alternatif selain TCN, karena ada PDAM yang bisa.
“Dulu pernah dibantu perizinan pipa air laut, artinya sudah ada indikasi air bersih langsung dari Lombok Utara. Sekali lagi, kami di Gili Meno bertahan? bukan tanpa alasan. Ini untuk lindungi ekosistem bawah laut, kita berbuat untuk semua Gili Matra,” ujarnya berapi api.
“Pemda jangan berpura pura, jangan tutup mata dengan masalah krisis air di Gili ini,” tegasnya.
Kades Gili Indah, Wardana menyadari kerusakan lingkungan dampak pengeboran PT TCN. Tapi menghentikan operasional perusahaan asal Bali ini bukan solusi, jika belum ada sumber alternatif air dalam waktu dekat.
“Menyikapi ini, bagaimana atasi hal itu (kerusakan lingkungan)?. Bisa memenuhi kebutuhan masyarakat Gili Trawangan sesuai regulasi,” jelasnya.
Agar kekisruhan tidak berlarut larut, harus ada pencegahan kerusakan lingkungan jika ada investasi air yang masuk.
“Kita ingin solusi air tanpa merusak lingkungan,” tegasnya.
Bisa saja, kata dia, solusinya dengan membangun reservoar. Solusi jangka pendek ini dengan mengisi tong reservoar, jika penuh distop, dan warga manfaatkan sumber air itu.