Daerah NTB

Yayasan Penabulu Silaturahmi ke NTBSatu, Bahas Energi Baru, Perempuan dan Disabilitas

Mataram (NTBSatu) – Yayasan Penabulu bersilaturahmi ke redaksi NTBSatu, Selasa, 15 Oktober 2024. Pertemuan berdiskusi dan membangun kerja sama antar kedua belah pihak. 

Yayasan Penabulu mengajak NTBSatu sebagai pihak yang akan menyebarkan berbagai isu yang menjadi perhatian mereka. 

Perwakilan Yayasan Penabulu, Nur Jannah mengatakan, keterlibatan media dalam isu penyebaran tentang berbahayanya perubahan iklim sangatlah penting. Sehingga, pihaknya merasa perlu mengajak media untuk bekerja sama. 

“Untuk itu, kedatangan kami ke kantor NTBSatu untuk mengajak berkolaborasi penyebabran isu perubahan iklim,” terang Nur Jannah, Selasa, 15 Oktober 2024. 

Sementara itu, Pemimpin Redaksi NTBSatu, Haris Mahtul mengatakan, pihaknya mengapresiasi ajakan kolaborasi Yayasan Penabulu. Selain itu, ia pun menerima ajakan kolaborasi tersebut.

“Pada prinsipnya, kami terbuka untuk berkolaborasi. Terlebih pada isu-isu yang menjadi bahan perbincangan umum,” ucapnya.

IKLAN

Menurut Haris, isu seperti ini perlu disuarakan. Apalagi NTB rentan dengan kasus lingkungan, di mana eret kaitannya dengan isu energi terbarukan.

“Salah satu pendukung suksesnya isu ini harus sejalan dengan aparat penegak. Jangan sampai kita mendukung upaya perbaikan lingkungan, tapi sisi lain ada oknum (aparat) yang bermain,” jelasnya.

Dalam pertemuan yang berlangsung selama dua jam lebih itu membahas isu yang berkaitan dengan perempuan dan disabilitas. Khususnya yang berkaitan dengan energi baru yang terbarukan.

Apalagi mayoritas masyarakat yang tidak memiliki layanan energi modern tinggal di daerah pedesaan dan terpencil, termasuk di Nusa Tenggara Barat.

Wilayah pulau yang sulit dijangkau transportasi juga membuat beban kerja perempuan semakin berat. Meningkatkan waktu kerja karena harus mencari kayu bakar. “Menghilangkan peluang pengembangan ekonomi,” jelasnya.

Senada dengan itu, Ketua Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI) NTB, Sri Sukarni menyebut bahwa pihak disabilitas ikut terdampak dari peningkatan risiko keamanan.

“Apalagi  budaya patriarkhi turut membatasi peran perempuan dalam masyrakat, termasuk menyuarakan pendapat mereka,” ungkapnya. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button