Mataram (NTBSatu) – Juru Bicara (Jubir) Iqbal-Dinda, Farida Harliya Prastika menepis anggapan pasangan ini merendahkan ketokohan Presiden terpilih, Prabowo Subianto.
Anggapan tersebut disampaikan Pengamat Politik Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Prof. Kadri beberapa waktu lalu. Ia menyebut, pasangan calon nomor urut 3 itu merendahkan ketokohan Prabowo karena menyertakan foto dan narasi “Calon Gubernur Pilihan Prabowo” di setiap alat peraga kampanye.
Padahal, seharusnya Prabowo merupakan pemimpin untuk semua rakyat dan calon kepala daerah dari partai mana pun.
Merespons hal itu, Ika -sapaan Jubir Iqbal-Dinda- mengatakan, anggapan tersebut terlalu sempit dan tidak memperhitungkan dinamika politik yang luas.
Menurutnya, memanfaatkan modal kapital politik dari pemimpin berpengaruh adalah strategis yang cerdas dan lazim di seluruh dunia.
Contohnya di Amerika Serikat, Joe Biden mendukung Kamala Harris sebagai calon presiden. Hal itu bukan hanya karena keduanya rekan satu partai. Melainkan sosok yang paling cerdas dan berkompeten menjadi pemimpin negeri paman sam.
“Dukungan ini menandakan bahwa Harris memiliki kredibilitas, visi, dan kemampuan untuk meneruskan arah kebijakan. Sekaligus membawa stabilitas politik di masa mendatang,” ungkap Ika kepada NTBSatu, Minggu, 13 Oktober 2024.
Fenomena serupa pun terjadi di Indonesia. Ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara tak langsung memberikan dukungan kepada Prabowo di Pilpres 2024. Padahal sebelumnya, keduanya pernah menjadi rival politik.
Sehingga, masyarakat sebagai pemilih mengetahui afilisasi politik calon yang mereka pilih. Hal ini sebagai wujud transparasi politik yang merupakan prinsip dasar good governance.
“Hal ini yang memungkinkan pemilih untuk membuat keputusan yang lebih informasional dan sadar. Serta, merupakan inti dari demokrasi yang sehat,” sebut Ika.
Tepis Numpang Popularitas
Selain itu, tegasnya, Lalu Muhamad Iqbal bukan sekadar menumpang popularitas melalui afilisasi politik dengan Prabowo. Tetapi, berdasarkan pengalaman dan rekam jejaknya memang dinilai pantas menjadi figur memimpin NTB ke depan.
Sebagai Duta Besar Indonesia untuk Turki, Iqbal mampu mempererat hubungan bilateral dan memberikan lonjakan perdagangan yang signifikan.
Kemudian, memfasilitasi pengembangan alutista antara Indonesia dengan Turki. Serta, berhasil meningkatkan kuota beasiswa Turki untuk mahasiswa Indonesia menjadi 1.000 penerima tahun 2021.
“Keselarasan ini memperlihatkan potensi Lalu Iqbal untuk memimpin NTB dengan visi yang terintegrasi dengan kebijakan nasional. Sehingga, tidak hanya membawa perubahan lokal, tapi juga kontribusi signifikan terhadap pembangunan Indonesia di masa depan,” tandas Ika. (*)