Mataram (NTBSatu) – Sebanyak 25 jurnalis dan pemeriksa fakta di Provinsi NTB mengikuti pelatihan melawan gangguan informasi Pilkada 2024, pada 14-15 September 2024. Kegiatan ini merupakan kolaborasi cek fakta, terdiri dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Asosiasi Media Siber Indonesia, dan Masyarakat Anti Fitnah Indonesia.
Ketua AJI Mataram, M. Kasim mengatakan, pelatihan melawan gangguan informasi Pilkada 2024 merupakan tindaklanjut dari diskusi terpumpun yang berlangsung 18 Agustus lalu.
Diskusi terpumpun ini melibatkan organisasi masyarakat sipil di NTB, di antaranya Walhi NTB, LBH APIK NTB, AMSI, Mafindo, Pers Mahasiswa. Kemudian, Pelangi Sehati, Jamaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) Wilayah NTB, konten kreator, LSBH Mataram dan media komunitas.
Pelatihan ini berlangsung di lima provinsi, yakni Padang, NTB, Jawa Barat, Ternate atas kerja sama atau kolaborasi cek fakta yang terdiri dari AJI, AMSI, dan Mafindo.
“Kegiatan ini merupakan tindaklanjut dari FGD yang kita gelar sebelumnya di tanggal 18 Agustus 2024,” terangnya.
Cem -sapaan akrab Ketua AJI Mataram– menyampaikan, tahun politik seperti saat ini semakin mudah menemukan berita bohong dan ujaran kebencian tersebar di media sosial. Pasca pendaftaran bakal calon gubernur dan wakil gubernur, bupati/wakil bupati, walikota dan wakil walikota di NTB, sudah mulai ramai ujaran kebencian, polarisasi, dan berita bohong.
Menurutnya, keterlibatan jurnalis dan pemeriksa fakta di NTB, dapat membantu memetakan ujaran kebencian dan berita hoaks yang beredar di media sosial. Serta, memberikan edukasi kepada masyarakat agar memberikan ruang aman dan nyaman bagi publik.
“Kami berharap pelibatan teman-teman jurnalis dan pemeriksa fakta di NTB, membantu memetakan dan mengedukasi warga agar lebih bijak bermedia sosial. Serta, tidak mudah percaya dengan berita tanpa sumber yang jelas,” pesannya.
Selain itu, Cem juga berpesan agar jurnalis dan media tidak berafiliasi kepada calon tertentu. Sehingga, media bisa menjadi watch dog serta memprioritaskan kepentingan publik.
Beri Nutrisi Jurnalis
Peserta pelatihan, Wartawan RRI Bima, Ikra Hardiansyah mengatakan, pelatihan ini sangat tepat untuk memberikan nutrisi kepada jurnalis saat Pilkada. Apalagi isu-isu hoaks, serta ujaran kebencian sudah berseliweran di media sosial.
Ia mengakui, hoaks dan ujaran kebencian di media sosial seperti akun X, Instagram sudah parah. Setidaknya dengan kondisi panas (perdebatan) yang terjadi di media sosial, jurnalis tidak mengamplifikasi. Jurnalis kata dia, bisa meredam dan memberikan pencerahan melalui produk jurnalistik yang berkualitas.
Sementara itu, Wartawan Inside Lombok, Yudina mengatakan, pelatihan ini bisa memberikan pengetahuan bagi jurnalis di daerah.
“Karena kita perlu diberikan pemahaman lebih agar lebih peka terhadap potensi gangguan yang ada. Selama ini, mungkin kita sudah nyaman dengan informasi yang telah berkembang,” ujarnya.
Menurutnya juga, kegiatan ini sangat bermanfaat dan membuat lebih peduli terhadap potensi gangguan informasi ketika sudah memahami kasus.
“Pemberitaan disampaikan kepada masyarakat lebih objektif sehingga memberikan referensi bagi jurnalis,” tutupnya. (*)