Lombok Timur (NTBSatu) – Pemkab Lombok Timur terus berupaya menekan angka stunting atau malnutrisi ekstrem pada bayi dan anak di daerah.
Pj Bupati Lombok Timur, M Juaini Taofik mengaku telah melaksanakan sejumlah program untuk mengentaskan permasalahan tumbuh kembang bayi tersebut.
Bahkan pemerintah daerah telah menganggarkan Rp140 miliar untuk mengentaskan masalah stunting. Belum lagi dengan menggerakkan sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) seperti DP3AKB, Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, dan lainnya.
Meski begitu, Taofik mengungkapkan pihaknya belum mengukur ketepatan capaian sejumlah program dalam mengentaskan stunting.
Ia pun berharap, penelitian Action Against Stunting Hub Indonesia oleh Seameo Recfon bisa bisa menjadi acuan dalam langkah pengentasan stunting di Lombok Timur ke depan. Dengan pendekatan yang menyeluruh.
“Hasil penelitian yang akan disampaikan nantinya, kita harapkan dapat menjadi acuan dalam penurunan maupun pencegahan stunting di Lombok Timur,” katanya, Kamis, 12 September 2024.
Penelitian itu melibatkan UK Research and Innovation (UKRI) melalui Global Challenges Research Fund (GCRF). Mereka menggandeng Fakultas Kedokteran Universitas Mataram sebagai mitra lokal.
Menurut data Aplikasi elektronik-Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM), kasus stunting di Lotim masih berada di angka 15,6 persen.
Angka tersebut menurun dari kasus stunting pada akhir 2023 yang mencapai 16,18 persen. Angka itu pun jauh lebih rendah dari persentase stunting nasional yang mencapai 21,6 persen.
Sementara itu, berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, angka stunting Lombok Timur masih berada di 27 persen.
Lalu mengacu pada perintah pemerintah pusat, angka stunting harus turun menjadi 14 persen di akhir 2024.
Taofik menegaskan, stunting masih menjadi masalah serius di daerah bersemboyan Patuh karya ini.
“Stunting masih menjadi persoalan penting. Terlebih jumlah bayi dan anak usia tujuh tahun di Lombok Timur mencapai sekitar 200 ribu jiwa,” ucapnya. (*)