Mataram (NTBSatu) – Dinas Kesehatan Kota Mataram menargetkan penurunan kasus stunting hingga 5 persen pada akhir tahun 2024.
“Secara keseluruhan, kasus stunting di Kota Mataram tersisa 7,9 persen atau 1.900 balita. Jumlahnya turun dari data 2023 sebesar 8,61 persen atau lebih dari 2.000 balita,” ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram, dr. Emirlad Isfihan kepada NTBSatu, Selasa, 10 September 2024.
Ia mengatakan berbagai inovasi percepatan guna mengakselerasi penurunan kasus stunting sudah tercanangkan. Salah satunya berupa rencana orang tua asuh.
“Ini kita dorong sebagai salah satu partisipasi masyarakat, membangun kepedulian terhadap anak-anak yang masih mengalami stunting,” jelas dr. Emirald.
Rencananya, donasi orang tua asuh ini terbuka umum secara baik oleh institusi pemerintah, lembaga swasta, maupun per orangan.
Saat ini, program orang tua asuh yang tengah berlangsung bekerjasama dengan Bank NTB Syariah, dengan pemberian makanan bergizi terhadap 50 anak stunting di Kelurahan Jempong, Sekarbela, Mataram.
“Jadi, 50 anak stunting tersebut akan mendapatkan makanan yang sesuai dengan rekomendasi dari puskesmas yang telah berkolaborasi tim di Persatuan Ahli Gizi (Persagi) Kota Mataram,” tambahnya.
Adapun per anak mendapatkan jatah makan sebesar Rp500 ribu per bulan. Program ini berlangsung selama tiga bulan, sehingga satu anak anggarannya Rp1,5 juta untuk makanan.
“Intervensi yang dilakukan itu, bukan dalam Bentuk uang melainkan dalam bentuk makanan sehat setiap harinya,” katanya.
Bangun Generasi Muda Lebih Cakap
Sementara itu, Wali Kota Mataram, Mohan Roliskana menyambut segala inisiasi yang bertujuan untuk membangun generasi muda yang lebih cakap kedepannya.
Menurutnya, hal tersebut memang butuh waktu dan ketelatenan dalam proses penanganan stunting pada anak. Sebab, penanganan SDM hasilnya tidak bisa langsung terlihat seperti program pembangunan fisik.
Maka dari itu, Pemerintah Kota Mataram berupaya keras untuk mengawal anak stunting. Salah satunya, peran serta masyarakat dan kerja keras Tim PKK Kota Mataram yang telah memobilisasi potensi keterlibatan PKK.
“Baik itu melalui posyandu, kader-kader di tingkat lingkungan, maupun organisasi kewanitaan lainnya turut membantu penanganan stunting ini,” pungkas Mohan. (*)