Ekonomi Bisnis

Tiga Daerah IHK di NTB Alami Inflasi Tahunan, Kota Mataram Tertinggi

Mataram (NTBSatu) – Tiga daerah perhitungan Indeks Harga Konsumen atau IHK di Provinsi NTB kompak mengalami inflasi tahunan (year on year).

Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi NTB, Wahyudin mengatakan, tiga daerah perhitungan IHK yang mengalami inflasi tahunan di Provinsi NTB yakni Kota Mataram, Kabupaten Sumbawa, dan Kota Bima.

Adapun datanya, Kota Mataram menyumbang inflasi tahunan sebesar 2,45 persen. Lalu, Kota Bima 2,2 persen dan Kabupaten Sumbawa 1,34 persen.

Meski demikian, angka tersebut tidak melebihi batas inflasi yang sudah menjadi ketentuan pemerintah.

“Dari tiga daerah IHK itu memang Kota Mataram yang paling tinggi, 2,45 persen. Tetapi masih dalam range yang ditetapkan, 2,5 persen plus minus satu,” ujar Wahyudin, Senin, 2 September 2024.

Komoditas Penyumbang Inflasi Kota Mataram

Beberapa komoditas yang menyebabkan terjadinya inflasi di Kota Mataram adalah daging ayam ras, emas perhiasan, beras, udang basah dan jeruk nipis/limau.

“Kalau kita perhatikan, komoditas penyumbang inflasi di Kota Mataram ini memang sebagian besar adalah hasil bumi yang ada di Pulau Lombok, kecuali emas perhiasan. Tetapi memang harga emas sedang naik, di hampir seluruh wilayah Indonesia,” terangnya.

Sebelumnya, Dinas Perdagangan Kota Mataram mencatat kenaikan sejumlah bahan pangan di Kota Mataram. Seperti cabai rawit, tomat, bawang merah dan beras. Namun, kini semuanya relatif stabil.

“Sekarang komoditi itu sudah jauh turun harga dibandingkan dua atau tiga pekan sebelumnya,” jelas Kepala Bidang Barang Pokok dan Penting Dinas Perdagangan Kota Mataram, Sri Wahyunida.

Jelang perayaan maulid, harga daging sapi juga cenderung mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Dari kisaran harga normal Rp120.000 per kilogram menjadi Rp140.000 per kilogram.

“Harga daging sapi yang nampaknya akan melonjak karena banyak permintaan kan,” sebut Sri.

Sebagai langkah antisipasi, pihaknya akan berkoordinasi dengan para peternak sapi untuk menjaga stabilitas pasokan. Selain itu, alternatif lainnya seperti mendatangkan daging beku untuk memenuhi kebutuhan konsumen.

“Nanti kami koordinasi dengan stakeholder terkait. Kenaikan harga pasti terjadi, tapi bagaimana caranya supaya masih dalam harga yang wajar,” tukasnya. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button