Daerah NTB

453 PMI NTB Dipulangkan Sepanjang 2024, Puluhan Meninggal Dunia

Lombok Timur (NTBSatu) – Balai Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP3MI) telah memulangan 453 Pekerja Migran Indonesia atau PMI asal NTB, sepanjang 2024. Mereka menjadi PMI melalui jalur non-prosedural alias ilegal.

Nahasnya, dari 453 PMI, puluhan di antaranya pulang dalam kondisi meninggal dunia. Terakhir, PMI asal Lombok Timur, bernama Gafur (32).

“Dari jumlah itu, 35 orang PMI NTB pulang dalam keadaan meninggal dunia, salah satunya almarhum Gafur,” ungkap Kepala BP3MI NTB, Norman Adiguna, Jumat, 9 Agustus 2024.

Menurutnya, banyaknya PMI yang berangkat melalui jalur ilegal karena minimnya sosialisasi atau informasi terkait aturan pemberangkatan PMI dengan prosedur resmi. Sebab, Sistem dan Aplikasi Pelayanan Ketenagakerjaan (SIAPKerja) kurang tersosialisasi.

Termasuk, masih banyak masyarakat yang mudah terbuai dengan janji manis calo PMI.

Melihat kondisi tersebut, pihaknya menggandeng Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) hingga pemerintah desa untuk menggencarkan sosialisasi menjadi PMI yang aman.

“Kami akan tetap berusaha untuk melakukan sosialisasi kepada masyarakat terkait pemberangkatan secara baik dan agar tidak ada kasus semacam ini terjadi lagi,” kata Norman.

Kronologi Meninggalnya PMI asal Lombok Timur

Sebelumnya, menurut keterangan saksi, PMI asal Lombok Timur bernama Gafur itu menjadi korban penembakan beruntun di kebun kelapa sawit tempatnya bekerja di wilayah Simpang Ngu Miri, Malaysia Timur pada Senin malam, 29 Juli 2024.

Kepala Desa Waringin, Asikin, membenarkan informasi tersebut. Ia mengungkapkan, korban sendiri sudah sekitar satu tahun merantau ke Malaysia.

“Sebelum tewas tertembak, korban memang sudah berpengalaman bekerja di Malaysia,” katanya.

Asikin menjelaskan, sebelum peristiwa nahas itu terjadi, korban dan rekan kerjanya sering mendapat gangguan dari warga lokal, yaitu warga pedalaman Ngu Miri. Mereka sering mendapati buah sawit hasil panennya hilang, karena diduga di curi warga pedalaman.

Pada hari korban tertembak, ucap Asikin, korban tengah mendapati warga pedalaman sedang mencuri alat keperluan sehari-hari korban.

“Almarhum langsung berupaya mengejar warga Malaysia tersebut. Tapi tak lama kemudian warga Malaysia itu kembali datang membawa temannya. Di sanalah korban langsung ditembak,” jelas Asikin.

Nahas, tujuh peluru bersarang di tubuh korban hingga korban tewas di tempat. Melalui keterangan saksi, Asikin menduga pelaku menembak korban menggunakan air softgun. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button