Mataram (NTBSatu) – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indonesia mengalami deflasi secara bulanan (month to month/MtM) sebesar 0,03 persen pada Mei 2023. Deflasi ini merupakan yang pertama kali sejak Agustus 2023.
“BPS mencatat sebanyak 14 provinsi mengalami deflasi secara bulanan. Deflasi terbesar terjadi di Banten yakni 0,52 persen (MtM). Kedua, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang mengalami deflasi sebesar 0,41 persen (MtM),” ujar Plt Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, Senin, 3 Juni 2024.
Penyebabnya, ungkap Amalia adalah terjadi penurunan indeks harga konsumen (IHK) dari 106,40 pada April 2024 menjadi 106,37 pada Mei 2024.
Rinciannya, kelompok transportasi mencatatkan deflasi paling dalam mencapai 0,36 persen (MtM). Kelompok makanan, minuman dan tembakau yang mengalami deflasi sebesar 0,29 persen (MtM). Kemudian, deflasi di kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan serta pakaian dan alas kaki masing-masing sebesar 0,05 persen (MtM) dan 0,04 persen (MtM).
Beberapa komoditas yang mengalami penurunan harga, antara lain tarif angkutan antarkota, tarif angkutan udara, dan tarif kereta api. Lalu, ada pula beras, daging ayam ras, tomat, dan cabai rawit yang turut menyumbang deflasi bulanan.
Berita Terkini:
- Imbas Perampingan OPD, Sejumlah Pejabat Pemprov NTB Dipastikan Kehilangan Jabatan
- Interpelasi DAK 2024 Akhirnya Masuk Paripurna, Selanjutnya Tergantung Fraksi
- Kesulitan Intervensi Ponpes Bermasalah, Kanwil Kemenag NTB Dorong Aparat Proses Hukum
- Lantik 83 PPIH Embarkasi Lombok, Wakil Gubernur Apresiasi Pelayanan Haji di NTB
- Asosiasi Peternak dan Pedagang Sapi Respons Dugaan Pungli di Pelabuhan Gili Mas: Itu Tiket Penumpang Tambahan
Di sisi lain, tingkat inflasi tahunan (year on year/YoY) Indonesia sebesar 2,84 persen pada bulan lalu. Angkanya lebih rendah dibandingkan pada April 2024 yang sebesar 3 persen (YoY).
“Inflasi tahunan paling tinggi dialami oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 6,18 persen (YoY). Posisinya diikuti oleh kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya serta penyediaan makanan dan minuman/restoran dengan inflasi berturut-turut sebesar 4,99 persen (YoY) dan 2,51 persen (YoY),” jelas Amalia.
Komoditas penyumbang utama inflasi tahunan adalah emas perhiasan, gula pasir, nasi dengan lauk, kontrak rumah, sigaret kretek mesin (SKM), sigaret kretek tangan (SKT), dan sigaret putih mesin (SPM). Kemudian, ada beras, cabai merah, bawang merah, dan daging ayam ras.
“Seluruh provinsi mengalami inflasi secara tahunan pada Mei 2024. Paling tinggi Papua Tengah tembus hingga 5,39 persen (YoY). Kemudian Gorontalo dengan inflasi sebesar 4,91 persen (YoY),” tandasnya. (STA)