Pariwisata

4 Isu Strategis Menuju Transisi Pariwisata NTB yang Berkelanjutan

Mataram (NTBSatu) – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, ada 11,68 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Indonesia pada 2023.

Dari jumlah kunjungan wisman pada 2023, sebanyak 42,57 persentase wisman berkunjung ke Bali. Ini menjadikan Bali sebagai provinsi tujuan utama wisman ke Indonesia pada tahun lalu.

Sementara Nusa Tenggara Barat berada pada peringkat keenam, dengan kunjungan wisman sebesar 2,66 persen.

Hal tersebut mencerminkan NTB menjadi salah satu destinasi wisata yang menjadi incaran para turis. Kekayaan alamnya dari dasar laut hingga puncak gunung sudah diakui oleh dunia internasional. NTB juga termasuk satu dari lima destinasi pariwisata super prioritas dan terkenal dengan pariwisata halalnya.

Melihat potensi sektor ini terlihat begitu besar dan menjanjikan, lantas apa yang menjadi tantangan pariwisata di Bumi Gora ?

Staf ahli Gubernur NTB, Izzudin Mahili, mengungkapkan ada empat isu strategis yang menjadi tantangan pariwisata di NTB yang tidak semoncer Pulau Dewata.

“Pertama, NTB belum bisa mencapai target 5 juta wisatawan, sementara Bali sudah melesat menembus angka 13 juta,” ungkapnya saat menghadiri, pembukaan kegiatan penelitian lapangan I Program Studi Pariwisata Universitas Udayana di Mataram, Rabu, 29 Mei 2024.

Kemudian, isu kedua terkait dengan lama kunjungan. Izzudin mengatakan bahwa lama kunjungan wisatawan ke NTB belum mampu menyaingi Bali, yang mencatatkan durasi wisata mencapai waktu satu minggu bahkan lebih.

“Long stay (lama kunjungan) wisatawan ke NTB rata-rata baru bisa 2-3 hari saja, belum mencapai target 4 hari,” imbuhnya.

Ketiga, perihal spending money wisatawan yang dinilainya masih dibawah target. Wisatawan dinilai belum terlalu loyal untuk menghabiskan banyak uangnya ketika berkunjung ke NTB.

“Sementara Bali mungkin hampir menyentuh angka 100 triliun di akhir tahun nanti untuk pemasukan dalam sektor pariwisatanya. NTB baru di angka miliar,” ujarnya.

Berita Terkini:

Terakhir, ia mengatakan kedatangan kembali wisatawan ke NTB masih di bawah 10 persen. Berbeda dengan Bali yang berada di kisaran 30-40 persen.

“Artinya, NTB indah untuk dikunjungi, tapi ogah didatangi kembali.
Nah, inilah yang menjadi catatan untuk Dinas Pariwisata Provinsi, karena tidak banyak aktivitas yang bisa dilakukan. Bagaimana kedepannya agar pariwisata kita dapat dikemas tidak hanya destinasi yang indah, namun atraksi budaya dan lainnya yang mampu menarik minat wisatawan,” terangnya.

Selain itu, ia turut menyoroti permasalahan Sumber Daya Manusia dan Infrastruktur daerah yang kerap yang dihadapi oleh NTB dalam membangun pariwisata berkelanjutan.

“Rata-rata prodi pariwisata di sini, selesai kuliah, bukannya menetap di NTB, tapi kejar Bali kalau tidak berharap bekerja keluar negeri. Dan menata infrastruktur yang belum optimal,” ungkapnya.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, Pemprov NTB sedang menyiapkan solusi dengan menerapkan pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism.

Di mana konsep pengembangan pariwisata yang memperhitungkan sepenuhnya dampak ekonomi, sosial, dan lingkungan saat ini maupun masa depan. Dengan tetap memegang teguh nilai dan spirit budaya lokal NTB.

“Kita berkoordinasi dengan seluruh Pemda sedang mencanangkan program menuju pariwisata berkelanjutan. Mementingkan kualitas dibanding kuantitas, Quality over Quantity,” tukasnya.(STA)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button