Daerah NTB

Penyakit Mulut dan Kuku Masih Menyebar di Lombok, Ini yang Dilakukan Disnakeswan NTB

Mataram (NTB Satu) – Penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Pulau Lombok telah membuat khawatir pemerintah dan para peternak, terlebih menjelang perayaan Idul Adha bulan Juli mendatang. Agar pasokan hewan kurban tidak terhambat lantaran penyebaran PMK ini, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakeswan) akan mengeluarkan standar operasional prosedur (SOP) tata niaga sapi.

Sekretaris Disnakeswan Provinsi NTB Rahmadin, S.Pt, MM mengatakan, tidak saja untuk menyambut Hari Raya Idul Adha, namun SOP tata niaga dan lalu lintas penjualan sapi dibutuhkan saat ini agar tak mengganggu pasokan daging harian masyarakat.

“Karena ini mendekati Idul Adha juga, kami harus mengeluarkan SOP-SOP, jangan sampai perayaan hari besar ini terhambat gara-gara tak ada pasokan ternak. Kita akan mengkaji semua itu, termasuk dengan tol laut ini kita kaji. Dengan Jabodetabek ini kita tetap boleh keluar, namun melalui tol laut dari Pelabuhan Bima langsung ke Jabodetabek,” kata Rahmadin kepada NTB Satu Kamis 26 Mei 2022.

Ia mengklaim, pasokan ternak ke Rumah Potong Hewan (RPH) saat ini masih tetap lancar sehingga harga daging di pasaran masih tetap stabil. Artinya tidak ada kenaikan harga daging lantaran masih merebaknya PMK di Lombok.

Kementerian Pertanian berharap Provinsi NTB masuk dalam zona recovery kasus PMK. Dimana jika dijumpai kasus PMK yang baru akan langsung diberikan obat-obatan agar segera sembuh dan tidak menularkan virus ini ke ternak yang lain.

IKLAN

Saat ini memang mobilitas ternak dibatasi, pasar hewan ditutup, serta kandang ternak ditutup sementara termasuk dengan tata niaganya. Begitu juga lalu lintas ternak dilakukan dengan sangat hati-hati, misalnya dengan tidak melewati daerah yang tertular untuk mencegah penularan ternak yang masih sehat.

Ia mengatakan, aturan yang cukup ketat ini mungkin membuat tidak nyaman para peternak atau para pengusaha ternak, namun ketentuan ini akan menyelamatkan hewan ternak dalam jangka panjang.

“Akan ada SOPnya. Tata niaganya tidak akan ditutup mati, namun akan mengkaji. Pelaksanaannya nanti seperti apa, kita akan keluarkan. Pasar hewan tak kita tutup mati, nanti saatnya dibuka setelah ada pengkajian,” ujarnya.

Saat ini kebutuhan daging di Lombok masih tetap stabil. Namun jika suatu saat menipis atau sudah tak ada, maka sapi dari Pulau Sumbawa tetap boleh masuk, namun dengan SOP yang sedang dalam pengkajian.

“Mungkin salah satu contoh, ternak dari Pulau Sumbawa akan langsung masuk ke RPH dan langsung dipotong. Tidak lagi seperti kemarin dikandangkan dulu, atau ke pasar hewan dulu,” tambahnya.

Satu hal yang perlu diketahui oleh masyarakat adalah virus PMK ini gampang disembuhkan, sehingga masyarakat tak perlu panik.”Imbauan kami kepada masyarakat, jangan panik. Jika ada gejala seperti PMK, segera lapor, nanti akan diberikan tindakan sama petugas yang ada di lapangan,” ujarnya.

Sampai saat ini, PMK hanya menyebar di Pulau Lombok dengan sebaran di Lombok Timur, Lombok Tengah, Lombok Barat, Lombok Utara dan Kota Mataram. Sejauh ini ternak di Lombok Timur yang paling banyak terjangkit PMK dengan jumlah di atas tiga ribu ekor ternak. Meskipun semakin banyak ternak yang terjangkit, namun tingkat kesembuhan tergolong tinggi. Total ternak yang terjangkit per tanggal 25 Mei 2022 kemarin sebanyak 5.526 ekor. (ZSF)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button