Mataram (NTB Satu) – Secara keseluruhan pentas balap motor dunia World Superbike (WSBK) memuaskan para pengunjung. Menonton langsung seri penentuan gelar juara dunia baru bagi Toprak Razgatliotglu di sirkuit baru, Pertamina Mandalika International Circuit.

Namun keluhan penonton dari segi fasilitas dan akses penting disimak untuk jadi bahan evaluasi.
Drama di Mandalika memang terasa sejak awal. Beberapa hari jelang Idemetsu Asia Talent Cup (IATC), video unboxing motor Ducati oleh oknum panitia lokal Mandalika Grand Prix Association (MGPA) ramai di jagat maya. Drama berlanjut ketika mogok marshal menyebabkan race 3 dan 4 IATC ditunda.

Hari yang ditunggu tiba, Minggu 20 November 2021 menjadi race penentu juara dunia bagi Toprak dan pembuktian untuk Jonathan Rea maupun Scott Redding terdepan di lintasan 4,3 kilometer tersebut.
Apes, sejak pukul 14.30 Wita awan pekat menggantung di langit Mandalika. Hanya 15 menit kemudian, hujan tumpah tak terbendung. Race yang harusnya dimulai Pukul 15.00 Wita batal digelar. Satu jam menunggu, kesabaran penonton di tribun premiere diuji, sampai akhirnya Pukul 16.30 Wita diumumkan race ditunda.
Hujan yang tumpah menyisakan genangan di sana sini. Air membentuk ‘kolam’ baru di Area pameran NTB Expo dan terowongan yang dilalui penonton menuju panggung pertunjukan ikut tergenang.
Hujan berlanjut Minggu 21 November 2021 beberapa saat jelang race yang tertunda sebelumnya. Pembalap dan official yang sudah siap siap di garis start bubar, namun akhirnya dilanjutkan dalam kondisi lintasan basah (wet race).

Pengalaman kurang menyenangkan itu dirasakan Firdaus, penonton yang mengantongi tiket premiere grandstand A section 1. Setelah puas menonton motor yang digeber dengan rata rata kecepatan 300 km / jam itu, saat perjalanan pulang dihadang jalan becek. “Jalannya becek sekali,” keluh Firdaus.
Jalan becek semakin jadi keluhan karena jarak antara grandstand dengan shuttle bus cukup jauh. “Lumayan menguras tenaga,” ujarnya.
Paling mengganggu adalah sinyal internet. Meski sebuah provider mengklaim sudah meningkatkan kapasitas 4G/LTE dengan tambahan 7 BTS, internet di tribun tetap lelet. Alih alih wifi gratis jadi solusi, malah menurut Firdaus semakin parah leletnya.
“Mana katanya pemerintah sudah siapkan 5G di Mandalika?,” tanyanya.

Gangguan internet juga dirasakan di Media Center side event WSBK. Para jurnalis terpaksa silih berganti menggunakan paket data sendiri untuk mengirim file berita. Begitu juga di tribun.
“Berita saya tinggal dikirim. Tapi internetnya lelet sekali,” keluh Fahrul Mustofa, Jurnalis Pos Bali di Tribun Premiere Grandstand C.
Keluhan lain ketika sampai di shuttle bus yang akan membawa penumpang ke area parkir Timur dan Barat. Tidak ada pengaturan yang jelas sehingga terjadi rebutan penumpang merangsek ke dalam bus.
Arif, salah seorang penonton asal Bima melihat sendiri keributan antara pengunjung ketika sama sama memaksa masuk ke dalam bus.
Sebagai penonton yang sudah membeli tiket jutaan rupiah, Firdaus mengaku tak ternilai dengan ekspektasi yang didapat ketika menyaksikan dari dekat jet darat itu melesat.
Namun jadi bahan evaluasi dari penonton untuk PT. ITDC maupun MGPA, selain soal shuttle bus dan jalan becek serta jaringan internet, juga perlu ada penambahan LED di sekitar tribun agar drama di trak lain bisa disaksikan keseruannya.

Direktur Utama MGPA Ricky Baheramsjah mengaku sadar banyak aspek penyelenggaraan yang belum sepenuhnya ideal, sehingga penyelenggaraan WSBK ini menjadi pengalaman berharga untuk suksesnya penyelenggaraan event MotoGP 2022 serta event-event berikutnya.
“Terima kasih sebesar-besarnya atas dukungan seluruh pihak sehingga balapan dapat terselenggara dan berjalan dengan lancar,” kata Ricky.
Keluhan yang sampai ke pihaknya tetap diberikan apresiasi setinggi-tingginya, karena sebagai bentuk antusiasme masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Lombok dalam menyukseskan event tersebut.
“Fokus kami adalah menyelenggarakan balapan WSBK tahun ini dan MotoGP tahun depan,” tutup Ricky. (HAK)