Mataram (NTBSatu) – Perum Bulog Nusa Tenggara Barat (NTB) menargetkan 70.000 ton serapan beras dan gabah dari petani lokal untuk cadangan tahun ini.
Pimpinan Wilayah Perum Bulog NTB, Raden Guna Dharma, mengatakan, pihaknya membentuk tim satuan tugas (satgas) yang turun langsung ke lapangan untuk melakukan penjemputan gabah ke petani.
Selain itu, Bulog juga bekerja sama dengan mitra penggilingan, penyerapan gabah beras melalui Sentra Penggilingan Padi (SPP) dan Sentra Pengolahan Beras (SPB). Hal ini bertujuan guna memaksimalkan serapannya.
“Jumlah serapannya sudah 19.505 ton. Kita targetkan sekitar 70.000 ton,” kata Guna, Selasa, 30 April 2024.
Upaya ini, lanjut Guna, merupakan langkah untuk memenuhi kebutuhan daerah terhadap salah satu bahan pokok tersebut secara optimal dan untuk mengantisipasi jika terjadi inflasi.
Ia mengungkapkan, saat ini memang terjadi kenaikan harga lantaran berlakunya standar baru, sesuai dengan Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional RI Nomor 167 Tahun 2024 tentang Fleksibilitas Harga Pembelian Gabah dan Beras Dalam Rangka Penyelenggaraan Cadangan Beras Pemerintah yang telah ditetapkan 3 April 2024.
Berita Terkini:
- Kuliah Umum di UTS, Kepala Museum NTB Jelaskan Pentingnya Museum Universitas
- Arab Saudi Gelar Peragaan Busana Baju Renang Pertama, Tandai Sejarah Baru di Negara Konservatif
- Caleg DPRD NTB Terpilih dari Partai Golkar Mancawari Meninggal Dunia
- Data Panel Bapanas, Daging Sapi NTB Lebih Mahal daripada Bali dan NTT
- 611 Guru Dinyatakan Lulus Seleksi Tahap 2 Guru Penggerak Angkatan 11
Standar harga yang kini berlaku, yaitu Gabah Kering Panen (GKP) di petani dari harga Rp5.000 per kilogram naik menjadi Rp6.000 per kilogram. Gabah Kering Giling (GKG) di Gudang Bulog Rp6.300 per kilogram menjadi Rp7.400 per kilogram dan beras di Gudang Bulog dari Rp9.950 per kilogram, naik menjadi Rp11.000 per kilogram.
Namun Guna menegaskan, kenaikan harga gabah itu tidak menyurutkan komitmen Bulog untuk menyerap gabah dan beras sebanyak – banyaknya.
Sementara itu, para pedagang beras di Pasar Mandalika, Bertais, mendukung langkah Bulog untuk mengamankan stok gabah dan beras petani lokal agar tidak sampai habis terkirim ke luar pulau.
Mereka mengaku, konsumen lebih senang dengan kualitas beras lokal daripada beras impor maupun pasokan dari Jawa.
“Katanya lebih pulen dan harum kalau produksi kita (beras lokal), waktu dulu harga nya mahal tetap ada yang beli,” ujar Karmini, salah satu pedagang beras. (STA)