Relawan tim medis MER-C yang telah tiba di Gaza itu, akan bekerja di fasilitas kesehatan yang ditunjuk WHO dan Kementerian Kesehatan Palestina.
Wilayah penugasan akan berada di Jalur Gaza bagian selatan, karena rumah sakit di wilayah tersebut masih berfungsi di tengah lumpuhnya sebagian besar fasilitas kesehatan sepanjang Jalur Gaza.
“Mereka akan bekerja di sana minimal selama dua minggu, maksimal satu bulan dan nanti akan ada estafet selanjutnya. Karena kami tidak mau ini berhenti, selama ada relawan kita di sana,” tambah dr. Sarbini.
Sebagai informasi, dr. Fahmi Anshori yang menjadi salah satu relawan tim medis MER-C di Gaza, Palestina merupakan dokter spesialis ortopedi dan traumatologi (bedah tulang). Selain itu, ia termasuk anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Mataram.
Dirinya membuka praktik di Rumah Sakit Bhayangkara Mataram, Rumah Sakit Mandalika Provinsi NTB, dan Rumah Sakit Metro Medika.
Berita Terkini:
- Jauh dari Target, Serapan Jagung oleh Bulog NTB Baru 250 Ton
- Ombudsman NTB Dalami Mandeknya Permohonan TORA 182 Hektare di Lombok Tengah
- Walhi NTB dan Masyarakat Gili Adukan Krisis Air Bersih ke Ombudsman
- Bank NTB Syariah Keluarkan Promo Pembiayaan Berkah Idulfitri
Dokter Fahmi juga pernah terlibat kegiatan kemanusian lain, yakni saat gempa Lombok 2018. Waktu itu, ia tergabung dalam tim bedah gabungan, yang terdiri dari lembaga kemanusiaan MER-C, PABOI Jaya (Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Ortopedi dan Traumatologi), dan Departemen Ortopedi dan Traumatologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo.
Tim ini adalah tim khusus bedah yang berfokus pada tindakan operasi bagi korban gempa, yang biasanya banyak mengalami patah tulang akibat tertimpa reruntuhan bangunan. (JEF)