Mataram (NTBSatu) – Aksi perburuan ikan menggunakan bahan peledak masih marak terjadi di wilayah perairan Pulau Sumbawa.
Karena itu, Forkopimda menggelar rapat koordinasi Forum Penanganan Penangkapan Ikan yang merusak sumber daya di wilayah perairan Pulau Sumbawa, di Marina Inn Hotel.
Rapat koordinasi dihadiri Pj Gubernur NTB, Lalu Gita Ariadi, Pj Wali Kota Bima, Mohammad Rum. Kemudian Bupati Bima, Indah Dhamayanti Putri, Direktorat Polisi Air dan Udara (Polairud) Polda NTB, dan sejumlah Kades di Kecamatan Lambu dan Kecamatan Sape.
Pj Gubernur NTB, Lalu Gita Ariadi dalam sambutannya mengapresiasi jajaran forkopimda, baik Pemkot dan Pemkab Bima maupun jajaran TNI/Polri yang berjuang mengawal penyelenggaraan pesta demokrasi pada pemilu 2024 sehingga berjalan dengan baik dan lancar. Walau di sebagian desa di Kabupaten Bima akan melaksanakan Pemungutan Suara Ulang (PSU).
“Dinamika yang terjadi bagian dari rona-rona demokrasi, namun saya meyakini semua ini akan terselesaikan dengan baik,” katanya, Kamis, 22 Februari 2024.
Berita Terkini:
- Polres Lombok Tengah Tinjau Pekarangan Lahan Bergizi Milik Warga Pringgarata
- Panja Komisi VIII Kunker ke Arab Saudi, Mahdalena Pastikan Pelayanan Haji 2025 Lebih Baik
- Kebakaran Los Angeles, Fakta di Balik Klaim Rumah Selebritas yang Selamat
- Aneh, Dikbud NTB Alokasikan Pengadaan “Smart Class” Rp25 Miliar tapi Kontrak Rekanan Rp49 Miliar
Pria yang akrab disapa Miq Gita itu menyebut, kaitan dengan maraknya aksi perusakan ekosistem laut dengan cara bom rakitan yang dapat merusak serta mengancam kehidupan ekosistem laut.
“Rapat koordinasi yang dilakukan saat ini ialah bagian dari ikhtiar bersama mewujudkan serta menjaga ekosistem laut dari ancaman ulah tangan manusia,” ujarnya.
Menurutnya, ancaman pidananya sangat jelas. Selain dapat mengancam keselamatan jiwa dari para nelayan, juga dapat mengancam serta merusak kehidupan ekosistem laut.
“Langkah dan tindakan tersebut dapat di minimalisir sekecil mungkin, agar kekayaan laut yang kita miliki terjaga, sehingga dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang,” ucapnya.
Senada dengan itu, Mohammad Rum juga mengapresiasi atas adanya kegiatan ini, walaupun di Sape bukan mayoritas bekerja sebagai nelayan. Berbeda dibanding daerah Kolo yang mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai nelayan.
Kalau ditarik dari garis pantainya, baik dari Kolo, Wera hingga Sape merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu, upaya kolaborasi bersama menjaga dan melindungi ekosistem perairan kelautan kita sangatlah penting.
“Jika ini dijaga betul, maka akan ada pertumbuhan ekonomi baru di wilayah timur. Stop pengeboman ikan dengan cara ilegal, karena akan merusak biota laut,” katanya. (KHN/*)