Kota Mataram

Semakin Menjamur hingga Eksploitasi Anak, Masyarakat Keluhkan Keberadaan Pengamen di Mataram

Mataram (NTBSatu) – Keresahan masyarakat terhadap Anak Jalanan (Anjal), Gelandangan Pengemis (Gepeng), dan pengamen masih menjadi pekerjaan rumah bagi Pemerintah Kota Mataram.

Masyarakat beranggapan bahwa aksi dari anjal, gepeng, dan pengamen tersebut merupakan modus mereka untuk meminta-minta. Tak hanya itu, mereka juga memanfaatkan anak kecil untuk melakukan aksi tersebut.

Salah satu mahasiswa, Mira merasa sangat terganggu dengan keberadaan sejumlah pengamen di beberapa ruang terbuka. Menurutnya, aksi tersebut harus segera ditindaklanjuti oleh pemerintah.

“Sangat terganggu, niat hati ingin tenangin diri malah dinyanyiin. Kalau tidak dibayar, mereka tetap nyanyi, dengan alasan mereka belum makan karena tidak memiliki uang,” keluhnya.

Mira juga menambahkan, sempat berselisih dengan pengamen, karena dirinya menyarankan untuk tidak meminta-minta dan menyarankan untuk bekerja.

“Sempat saya kasi saran untuk cari kerja lain, karena alasannya dia belum makan, dia malah respons ketus terus pergi. Permasalahannya ini sering bukan satu orang, tapi jarak dua menit atau lima menit datang lagi,” tegasnya.

Selain Mira, salah satu pengunjung di Taman Sangkareang, Lita mengatakan, kemampuan pengamen dalam mengekspresikan kreativitasnya salah tempat.

Baca Juga: Okupansi Hotel di Kota Mataram Belum Terkerek Efek Pemilu

“Kebanyakan dari mereka membuat alat musik sendiri, karena keterbatasan biaya. Mereka beranggapan bahwa dengan mengamen kreativitasnya atau ide mereka bisa dihargai meskipun seribu atau lima ratus rupiah,” tuturnya.

Lita berharap kepada pemerintah agar dapat memberikan arahan kepada pengamen, khususnya yang membawa anak kecil.

“Secara tidak langsung itu termasuk eksploitasi anak, karena mereka mengandalkan muka kasihan dari anak kecil, saya berharap si kalau emang mau ngamen jangan ajak anak kecil,” harapnya.

Menanggapi hal tersebut, Plt Kepala Dinas Sosial, Andi Darwis mengatakan, para pengamen jalanan diminta untuk membentuk asosiasi agar penyaluran bakat menyanyi dan menghibur mereka lebih profesional.

“Kami akan bantu tepat sasaran, dan yang terpenting tidak mengganggu. Kami tetap melakukan penertiban dan sudah memberikan peringatan meminta mereka membuat asosiasi,” jelas Andi.

Andi juga mengungkapkan pihak Dinsos Kota Mataram tetap mendapatkan laporan dari masyarakat dengan keberadaan pengamen. Ia mengungkapkan bahwa para pengamen tersebut hanya bernyanyi pada saat orang makan dan duduk-duduk, kemudian minta-minta ke masyarakat.

“Hal tersebut memang termasuk modus ngamen, sehingga terlihat tidak pantas dan menimbulkan keresahan masyarakat, jumlah mereka juga tidak sedikit, satu kali duduk atau makan bisa datang lebih dari dua kali,” pungkasnya. (WIL)

Baca Juga: Usut Dugaan Korupsi Masker Rp12 Miliar, Polisi Gandeng LKPP

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button