Namun, seorang sopir lain mengeluh bahwa terkadang dipaksa oleh perusahaan tempat bekerja untuk membawa muatan yang berlebihan.
Padahal, menurut dia, sopir-sopir sudah siap taat dengan peraturan yang dibuat. “Ketika kami menolak memuat barang yang berat itu kami dari PT kadang dipecat, ‘Kalau kamu ga mau muat, ya saya cari sopir yang lain’. Nah perlindungan kepada pengemudi yang taat ini enggak ada,” kata sopir itu.
Selain bicara soal pungli dan ODOL, Ganjar juga sempat bertanya mengenai durasi mereka berkendara.
“(Aturannya) 4 jam,” kata seorang sopir. “Kalau paktek, 8 jam sampai 12 jam pak, saya (nyetir) jam 9 malam sampai jam 9 pagi,” imbuh dia.
Ganjar menyebut hal itu berbahaya karena dapat membuat sopir lelah dan kehilangan konsentrasi. “Ya namanya orang lelah itu juga capek kan, mau ngerem taunya ngegas, mau ngegas malah ngerem, celaka kan,” kata Ganjar.
Politikus PDI-P ini lalu bertanya apa yang dilakukan para sopir untuk mengusir kebosanan selama mengemudi berjam-jam. Para sopri pun menjawab mereka menghabiskan waktu dengan menyantap cemilan, merokok, hingga live di aplikasi TikTok.
Berita Terkini:
- Jaksa Lawan Putusan Hakim, Tak Terima Bos PT GNE dan PT BAL Divonis Ringan
- WN Italia Dilaporkan ke Imigrasi Gegara Tipu dan Umpat Masyarakat Lombok Utara
- LGBT Penyumbang Kasus HIV/AIDS Terbanyak di Lombok Timur, Pentingnya Kemauan Berobat
- Pasien BPJS Lombok Timur Keluhkan Kekosongan Obat di Puskesmas
“Live TikTok malah terganggu kamu,” kata Ganjar ke seorang sopir. “Enggak pak, enggak on cam. Ditempel saja, suara, sambil ngobrol bercanda-canda,” jawab sopir itu. (SAT)