HEADLINE NEWSKabupaten Bima

Petugas Pengamatan Sebut tak Ada Erupsi dan Gempa di Gunung Sangeangapi

Mataram (NTBSatu) – Kebakaran terjadi Gunung Sangeangapi di Kecamatan Wera, Kabupaten Bima pada Rabu, 6 November 2024.

Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Pos Pantau Sangeangapi, Yudha membenarkan adanya kebakaran tersebut. Ia menegaskan bahwa itu bukanlah erupsi.

Ia menyebut, saat musim kemarau gunung tersebut kerap terjadi kebakaran lahan. Faktor utamanya adalah angin kencang dan cuaca panas.

“Baik ilalang maupun padang savana yang mengering menjadi bahan baku api yang cepat sekali merambat,” katanya kepada NTBSatu malam ini.

Yudha pun telah mengkonfirmasi beberapa penduduk yang tinggal di kaki Gunung Sangeangapi. Hasilnya, tak ada satupun dari mereka yang mendengar aktivitas gunung api.

“Dan dari seismometer juga tidak menunjukkan kegempaan,” tandasnya.

Senada dengan itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bima, Isyrah menegaskan bahwa kebakaran tersebut bukanlah letusan Gunung Sangeangapi.

“Jadi, bukan erupsi ya. Bukan. Itu kebakaran ilalang,” katanya mengutip laporan PVMBG Pos Pantau Sangeangapi, kepada NTBSatu malam ini.

Pihaknya masih mendalami terjadinya kebakaran tersebut. Namun dugaan sementara, penyebab adanya insiden tersebut ada dua. Pertama, adanya gesekan ilalang di musim panas. Kemungkinan kedua adalah adanya aktivitas pembakaran lahan.

“Sekali lagi bukan erupsi. Kemungkinannya di antara dua itu,” jelasnya.

Terjadinya kebakaran mulai pagi tadi. Namun, api masih menyala hingga malam ini. Untuk status siaga masih normal berdasarkan pemantauan pukul 00.00 Wita hingga 24.00 Wita, Selasa, 5 November 2024.

BPBD mengingatkan masyarakat di sekitar Gunung Sangeangapi dan pengunjung atau wisatawan tidak beraktivitas di dalam radius 500 m.

“Tetap mewaspadai bahaya aliran piroklastik. Tidak diperbolehkan mendekati dan beraktivitas di daerah di antara Lembah Sori Wala dan Sori Mantau hingga mencapai pantai, serta pada Lembah Sori Boro dan Sori Oi,” bebernya.

Ia juga mengingatkan masyarakat, petani, pengunjung maupun wisatawan tidak mendekati dan beraktivitas pada semua lembah sungai yang berhulu dari pusat aktivitas atau puncak gunung.

“Mengindari potensi ancaman bahaya aliran lahar yang mungkin terjadi pada saat hujan,” tandasnya. (*)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button