Mutasi
Persoalan mutasi pada tahun terakhir kepemimpinan Dr. Zul menjadi buah bibir dari berbagai kalangan. Tercatat, mulai Januari 2023 hingga berkahir kepemimpinannya pada 19 September 2023 lalu. Dr. Zul telah melakukan mutasi kurang lebih 5 kali.
Sementara secara keseluruhan dalam masa lima tahun kepemimpinannya proses mutasi dilaksanakan sedikitnya 40 kali. Artinya ada delapan hingga sembilan kali mutasi setiap tahun.
“Pola penataan birokrasi yang dihiasi mutasi yang over. Mencapai 40 kali lebih mutasi dan itu mengganggu,” ujar Adhar.
Selain itu, juru bicara Fraksi Partai Demokrat DPRD NTB, R Rahadian Soedjono menyoroti terkait kebijakan Dr. Zul tersebut. Ia mengatakan, kebijakan gubernur melakukan mutasi yang terlalu sering dalam waktu yang singkat, sangat kontra produktif bagi kinerja SKPD.
Gonta ganti pejabat tanpa ada pertimbangan yang matang apalagi dilakukan dengan pola rangkap jabatan tidak akan membuat manajerial di internal SKPD lebih baik. Sehingga pada akhirnya rangkap jabatan itu tidak hanya mengganggu kinerja lembaga tetapi juga bakal mempengaruhi organisasi itu sendiri.
Belum lagi soal pola penataan birokrasi yg dihiasi mutasi yg over. Mencapai 40 kali lebih mutasi. Itu mengganggu
Namun saat itu, Dr. Zul memperjelas, bahwa mutasi yang dilakukan Pemprov NTB sudah berdasarkan kebutuhan organisasi. Misalnya ada pejabat pensiun, tentu harus segera diganti dengan pejabat-pejabat yang baru.
Tak ayal, jika hanya disoroti berbagai persoalannya saja. Di mana dalam tahun terakhir memimpin NTB, pasangan Zul-Rohmi banyak menorehkan prestasi dan keberhasilan.
Terselenggaranya MXGP
Salah satunya mampu menghadirkan dua seri balapan motor bergengsi di NTB, yakni MXGP Samota, Sumbawa dan Selaparang, Kota Mataram.
Kehadiran ajang balap motor Internasional tersebut berdampak besar pada pergerakan ekonomi, khususnya di Sumbawa dan Kota Mataram.
“Menggelar dua seri MXGP di NTB tidak mudah, tapi eksternalitas dan dampak ekonomi dari penyelenggaraan event ini akan sangat luar biasa dimasa depan,” kata Dr. Zul.
Dari sisi keuntungan finansial pada event ini akan terlihat secara bertahap, melalui pengembangan kawasan berkelanjutan yang tentunya akan sangat menguntungkan.
“Di kawasan Samota sekarang telah banyak dibangun pemukiman-pemukiman baru yang menumbuhkan fasilitas ekonomi lainnya selain wisata,” ungkapnya.
Selanjutnya, dari sisi infrastruktur jalan, Dr. Zul berhasil mengantarkan 10 Kepala Daerah di NTB untuk bertemu langsung dengan Kementerian PUPR, M. Basuki Hadimuljono.
Di mana langkah yang dilakukan Dr. Zul tersebut merupakan langkah proaktif dalam upaya memperbaiki infrastruktur yang ada di NTB.
Hasilnya, beberapa ruas jalan yang rusak di NTB masuk lelang untuk diperbaiki, seperti jalan di Lembar Gili Mas, Jalan di Kecamatan Langgudu Bima.
Di ujung kepemimpinan, ikhtiar pasangan Zul-Rohmi menurunkan angka stunting di NTB menunjukkan hasil yang memuaskan.
Tercatat, hingga September 2023, stunting di NTB sudah berada di angka 13,78 persen dengan input data 98 persen dan itu sudah melampaui target Nasional pada tahun 2023, yakni 16 persen.
Kemudian, persentase Stunting berdasarkan Kabupaten/Kota se-NTB, secara konsisten masih perlu melakukan pendampingan secara berkesinambungan untuk pencegahan dan penanganan stunting.
Terutama Lombok Timur (17,24 persen) dan Lombok Utara (18,03 persen) yang masih di atas target NTB dan target nasional.
Sementara itu, 8 kabupaten/ kota lainnya sudah melampaui target yang ditetapkan, seperti Sumbawa Barat (7,64 persen); Sumbawa (8.47 persen); Dompu (10.89 persen); Kabupaten Bima (11,78 persen); Lombok Barat (12,38 persen); Kota Bima (12,39 persen); Lombok Tengah (12,39 persen) dan Kota Mataram (14,24 persen).
Bila dilihat dari hasil survei, catatan keberhasilan pasangan Zul-Rohmi selama memimpin mendapat respon yang sangat baik dari masyarakat.
Hal itu terbukti dari hasil survei yang dilakukan oleh Smartpoll Indonesia (SPI) bersama PT NTBSatu. Di mana sekitar 85,95 persen masyarakat NTB, mengaku puas dengan kinerja pasangan Zul-Rohmi selama lima tahun.
Dengan sangat puas mencapai 31,52 persen dan yang merasa puas 54,43 persen. 12,16 persen responden yang tidak puas, dan 1,42 persen responden yang merasa sangat tidak puas. Totalnya, 13,58 persen yang kecewa.