Mataram (NTBSatu) – Ahli Hukum Tata Negara (HTN), Bivitri Susanti mengungkap alasannya menolak untuk jadi panelis debat calon presiden (capres) 2024.
Hal itu diungkap saat menjadi narasumber di acara Pemilunesia, oleh tempo.co, Rabu, 13 Desember 2023.
Bivitri menolak sebagai panelis debat karena alasan kesehatan mental. Takut tertekan hingga sakit hati karena tidak dapat mencecar Capres dengan pertanyaan.
“Itu preferensi pribadi ya. Jadi, kan saya peduli terhadap kesehatan mental saya ya,” katanya, dikutip dari kanal YouTube tempodotco.
Dia juga tidak ingin mengulang peristiwa yang sama ketika menjadi panelis di debat Pemilu 2019.
Berita Terkini:
- Mahdalena Turun Salurkan Bantuan Korban Dampak Banjir di Kecamatan Woha Bima
- Antara Nyawa dan Jalan Rusak, Warga Meang Jadi Penandu Ibu Hamil dan Lansia Tanpa Pamrih
- Peringatan Harlah Ke-102 NU, PP Muhammadiyah Ungkap Semangat Kebersamaan Rawat Keutuhan NKRI
- Polisi Amankan 8 Pelaku Ilegal Fishing dan Puluhan Bahan Peledak di Perairan Bima
Ia menceritakan, kala itu dirinya menjadi Panelis debat 2019. Saat itu dirinya tidak bisa mencecar capres dengan pertanyaan yang kritis sebagai seorang panelis.
“Saya ingat 2019, saya panelis juga. Waktu itu saya agak tertekan pada hari-H 2019 itu. Karena saya hanya bikin pertanyaan tetapi tidak bertanya, bahkan tidak bisa memberitahukan moderator apa yang tuju dari pertanyaan itu dan seterusnya,” kata Bivitri.
Lebih jauh Bivitri, ia kurang menyukai format debat yang diselenggarakan. Karena format tahun 2019 dan tahun 2024 sama. Ia teringat saat itu peran panelis tidak signifikan, sama dengan sebat saat ini.
“Oh kalo formatnya sama terkait dengan panelis, kalau gitu saya gak mau. Karena waktu itu saya tersiksa, waktu itu saya tetap memaksakan diri, karena saya saya menganggap dapat membawakan pertanyaan teman-teman PSHK, Kontras, ICW, tersiksa gitu ya, karena benar-benar tidak bisa bertanya,” ceritanya.
“Oleh karena itu saya tidak mau tersiksa lagi,” imbuhnya.
Hal itu yang mendorong dia menolak menjadi panelis.
Oleh karena itu, ia lebih memilih ada di luar panelis untuk memberi saran dan masukan.
“Tersiksa gitu ya, jadi biarkan yang lain saja membuat pertanyaan. Lebih baik saya berkomentar aja, memberikan masukan seperti ini, itu lebih produktif menurut saya ketimbang membuat pertanyaan yang kebanyakan normatif,” jelasnya. (SAT)