Mataram (NTB Satu) – Museum Negeri NTB menggelar kegiatan bedah buku yang berjudul ‘Lombok Penaklukan Penjajahan dan Keterbelakangan 1870 -1940’. Kegiatan ini telah berlangsung di Aula Samalas Museum NTB, pada Senin, 18 September 2023.
Buku tersebut merupakan karya dari Prof. Alfons Van Der Kraan yang merupakan penulis dan peneliti dari Belanda. Adapun narasumber yang akan membedah buku tersebut, yakni sang penulis sendiri. Namun karena sakit, diwakili oleh Dr. James Bennett, Dr. Urfan, S.H., M.H., dan M. Donny Suparna.
Kegiatan bedah buku ini pun dihadiri oleh 150 peserta diskusi yang terdiri dari mahasiswa dan masyarakat Pulau Lombok.
Kepala Seksi Penyajian dan Layanan Edukasi Museum Negeri NTB, Irwan, S. Pd., melaporkan bahwa kegiatan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan museum dan menanamkan nilai-nilai yang terdapat dalam warisan budaya. Serta menjadikan museum sebagai saluran informasi kepada masyarakat tentang budaya dan adat istiadat.
“Jadi kegiatan ini kami lakukan untuk meningkatkan apresiasi dan partisipasi masyarakat, khususnya generasi milenial terhadap museum,” ungkapnya.
Selanjutnya, dalam sambutan Kepala Museum Negeri NTB, Ahmad Nuralam, S.H., M.H., menyampaikan, bahwa sejarah itu punya versi kebenaran masing-masing dan salah satu metodologi untuk menentukan validitas yaitu melakukan konfirmasi langsung kepada penulisnya.
“Jadi hajat dari acara ini adalah kami mengkonfirmasi kepada Prof. Alfons Van Der Kraan sebagai penulis sejarah,” katanya.
Ia juga mengatakan bahwa kegiatan ini nantinya dijadikan sebagai agenda kajian rutinitas sebagai upaya untuk menjadikan museum sebagai jendela ilmu pengetahuan dan pembelajaran.
“Jadi, kami selalu berusaha untuk menampilkan museum sebagai jendela ilmu pengetahuan,” tambahnya.
Ia pun berharap agar museum dapat menjadi tempat yang mempunyai pandangan yang cukup luas, sehingga museum harus menjadi jendela informasi pengetahuan tentang budaya.
“Jadi walaupun rumah kita yang namanya museum NTB ini kecil, tapi saya harap pengetahuan kita itu luas. Rumah ini seharusnya tidak terbatasi oleh dinding-dinding penyekat. Dan kita harus menjadi teritorial yang luas, yaitu Provinsi NTB,” harapnya. (JEF/*)