“Kita tidak tahu politik, dan tidak tahu juga konflik siapa melawan siapa. Kami hanya melakukan pembelaan kepada ibu Mega karena bangga Sarinah kami jadi ketua partai,” sambungnya.
Beberapa waktu setelah mimbar bebas, massa dari kubu Soerjadi tampil beringas melakukan penyerangan.
“Tiba -tiba batu melayang, massa dari Soerjadi sudah semakin beringas, aparat ikut menghajar kami semua disitu. Semua yang pakai jas merah dihabisi semua, ada yang siksa, diculik, dan dihilangkan sampai sekarang,” tutur Maureen.
Tertatih, ia menerangkan karena tak sanggup banyaknya teman-temannya yang jadi korban pembantaian.
Baca Juga :