“Dua sekolah, satu kepala sekolah waktu itu. Kepala sekolahnya di SDN 15 Mataram, tetapi pelaksanaan belajar mengajarnya tetap masing-masing. Ada berapa kali juga diajak bersama anak-anak berkegiatan di sana, tetapi anak-anak kasihan rasanya seperti ada pembeda. Akhirnya saya berinisiatif, kalau tetap masing-masing saja kegiatannya,” tuturnya.
Ia juga menyampaikan, kalau pihaknya sebenarnya berharap merger ini tidak terjadi. Tetapi, bila pihak Dinas Pendidikan Kota Mataram bersama Pemerintah Kota Mataram tetap melakukannya, maka ia bersama rekan guru di SDN 19 Mataram mengikuti.
Baca Juga:
- Survei PRESiSI: Elektabilitas Najmul – Kus Jauh Tinggalkan Dua Pesaingnya
- Survei SPIN: Elektabilitas Muchsin Effendi – Junaidi Arif Lewati Najmul – Kus di Pilkada Lombok Utara
- Enam Ekor Sapi Warga di Bima Tersambar Petir, Kerugian Capai Rp30 Juta
- Pengamat Prediksi AQUR akan Menang di Pilkada Kota Mataram
“Harapan guru-guru di sini juga ya mudahan-mudahan tidak jadi merger. Tetapi kalau memang harus dilakukan, tidak apa-apa yang penting kita berjalan sesuai aturan. Kami ikuti saja, kami laksanakan kewajiban seperti kondisi biasa. Urusan masalah merger, kami serahkan dinas,” tutupnya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Kota Mataram, Yusuf, S.Pd., menjelaskan, kalau wacana merger ini masih dalam tahap pembahasan.
“Iya tidak langsung, tidak hanya karena minim siswa lalu kami gabung. Kami kaji dulu peta demografinya, jumlah penduduk dengan usia sekolahnya berapa. Kalau sudah ada kajiannya baru kami tentukan apakah harus digabung atau tidak, jadi masih ada kemungkinan kalau tidak jadi digabung,” pungkasnya. (JEF)