Kata Arif, kurangnya pembeli tersebut bukan karena kurangnya peminat sapi yang datang dari Bima. Justru orang-orang di sini mengakui kalau sapi dari NTB itu nomor satu kalau dari segi kualitas.
Berdasarkan hasil pantauannya, ada dua faktor yang menyebabkan macetnya penjualan sapi tersebut. Pertama, banyaknya pasokan sapi yang dibawa dari Bima ke Jabodetabek yang melebihi jumlah yang ditentukan. Kedua, kurangnya minat masyarakat setempat untuk berkurban.
“Kalau tahun sebelumnya, walaupun banyak sapi yang datang, tapi karena banyaknya orang yang berkurban. Sapi-sapi tersebut tetap laku. Sekarang minat kurban itu tidak terkoordinir seperti tahun sebelumnya. Sehingga hancur pasaran karena stok masih banyak, orang yang kurban sedikit, anjoklah harga,” tandasnya.
Baca Juga:
- KPU Mataram Tetapkan Mohan – Mujib sebagai Pemimpin Terpilih 9 Januari 2025
- Sayangkan Pemecatan STY, Komisi X DPR Minta PSSI Cari Pengganti Lebih Bagus
- Saling Gugat Pemprov NTB dan PT Lombok Plaza tak Pengaruhi Penyidikan Kejaksaan
- STY Dipecat Jadi Pelatih Timnas Indonesia, Anaknya: PSSI akan Menyesal
Menyikapi hal itu, Koordinator sementara Asosiasi Pemilik Kandang dan Pengusaha Sapi Bima Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), Furqan Sangiang sudah melakukan pertemuan dengan Bakal Calon DPD RI, Hj. Nurhaidah, serta para tokoh terkemuka BMMB Jabodetabek pada Sabtu, 17 Juni 2023. Pertemuan itu untuk membahas langkah antisipasi serta solusi dalam mengahadapi dampak ketika terjadi penurunan tingkat penjualan sapi Bima di Wilayah Jabodetabek.
“Langkah antisipasi itu seperti apa? Apakah sapi tersebut harus dibawa pulang kembali ke Bima, ataukah bekerja sama dengan RPH atau kita lakukan langkah penggemukan sapi di sini. Itu sebagian dari rencana, sembari menunggu sampai H+3,” tandasnya.
Sejauh ini, para pedagang asal Bima yang menjual sapinya di wilayah Jabodetabek masih terus berusaha untuk memasarkan sapi-sapi tersebut. Mereka yakin sapi-sapi tersebut pasti terjual. (MYM)