Daerah NTB

Gerakan Intervensi Stunting di NTB Digencarkan Pakai Protein Hewani

Mataram (NTBSatu) – Wakil Gubernur Nusa Tenggara Barat, Hj. Sitti Rohmi Djalilah, mengadakan rapat persiapan pendampingan intervensi stunting.

Rapat dalam rangka percepatan penurunan angka stunting di lingkup Nusa Tenggara Barat pada hari Selasa, 11 April 2023 yang dimulai pada Jam 09.00, Gedung Graha Bhakti Praja Kantor Gubernur NTB.

Hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI), kasus stunting di wilayah Nusa Tenggara Barat per tahun 2021 sampai 2022 mengalami kenaikan sekitar 1,3 persen.

Tahun 2021, kasus stunting di wilayah NTB sebesar 31,4 persen. Sedangkan, tahun 2022 sebesar 32,7 persen. Termasuk lima besar provinsi dengan prevalensi tertinggi di Indonesia pada 2022.

Penyebab stunting, bukan hanya terjadi karena kekurangan gizi saja. Banyak faktor lain seperti kesehatan ibu yang menderita anemia sebelum melahirkan.

“Betapa stunting ini kan complicated, tidak hanya bergantung pada masalah gizi saja, tapi juga tergantung dari lingkungannya, dan juga pengaruh kesehatan ibunya,” sebut Wakil Gubernur dalam rapat tersebut.

Penekanan dan intervensi stunting ini, khusus di Provinsi NTB lebih difokuskan pada pulau Lombok. Karena, berdasarkan data bahwa di pulau Lombok jumlah anak yang terkena stunting jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan pulau Sumbawa.

“Mohon maaf Bapak Wakil Bupati KSB kami melakukan intervensi stunting ini lebih memfokuskan pada pulau Lombok, karena jumlah anak stunting di pulau Lombok itu 82 persen dari jumlah anak stunting di NTB,” ujar Wagub NTB.

Pemerintah Indonesia telah menetapkan stunting sebagai isu prioritas nasional. Komitmen ini terwujud dalam masuknya stunting ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – 2024 dengan target penurunan yang cukup signifikan dari kondisi 27,6 persen pada tahun 2019 diharapkan menjadi 14 persen pada tahun 2024. Pemerintah Provinsi NTB optimis untuk mencapai angka tersebu pada tahun 2024.

“InsyaAllah angka 14 persen itu bisa tercapai, mengingat di bulan Februari 2023 saja kita sudah mencapai 14,76 persen,” tutupnya

Beberapa penelitian mengatakan bahwa dengan melakukan intervensi telur (protein hewani), pertumbuhan berat dan tinggi badan mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Tidak hanya telur, tapi terdapat juga protein-protein lain yang menyebabkan proses tumbuh kembang anak.

Kepala Seksi PSDMK Bidang Sumber Daya Kesehatan, Dikes NTB, dr. Wahyu Amri Fauzi

“Saya ambil salah satu penelitian, yang mengatakan bahwa dalam telur itu ada memang hormon yang merupakan mediator untuk pertumbuhan,” ucap Kepala Seksi PSDMK Bidang Sumber Daya Kesehatan, Dikes NTB, dr. Wahyu Amri Fauzi, Kepala Dinas Kesehatan saat diwawancarai pada kegiatan rapat tersebut

Ia melanjutkan, standar pemberian telur untuk anak stunting dua butir per hari selama 90 hari, baru akan mengalami peningkatan pertumbuhan.

“Kalau hanya dikasih selama sebulan, memang juga ada peningkatan sekitar 82 persen. Tapi, kalau intervensinya sampai sembilan puluh hari, Insyaallah kenaikkannya signifikan. Kecuali, dia ada faktor penyulit lain seperti penyakit,” tutupnya

Selain itu, sebagai bentuk persiapan pendampingan dalam gerakan intervensi stunting dengan protein hewani (telur), secara nasional pihak BKKBN sudah menjalankan program yang bernama Bakti Stunting.

Sedangkan dari pihak Provinsi NTB sendiri sudah melakukan bakti stunting, mulai dari Pegawai Negeri Sipil (PNS) Provinsi NTB yang menyumbang seikhlasnya setiap bulan untuk membeli telur sebagai bentuk bakti stunting.

Begitupun dengan anak-anak SMA dan SMK digerakkan untuk menyumbang, satu anak satu telur untuk setiap tiga bulan sekali.

Pihak pemerintah provinsi NTB nantinya akan menyiapkan aplikasi untuk melihat kebutuhan telur anak stunting. (MYM)


Lihat juga:

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button