Mataram (NTB Satu) – Kehadiran Universitas Teknologi Sumbawa (UTS) diharapkan menjadi cikal bakal terbangunnya peradaban baru. Sebab, dahulu di lokasi berdirinya kampus UTS terdapat sejarah peradaban Olat Maras.
Dikarenakan sejarahnya tersebut, maka Museum NTB berkolaborasi dengan UTS untuk melindungi dan melestarikan objek yang bernilai sejarah tersebut. Kolaborasi ini disampaikan Kepala Museum Negeri NTB, Ahmad Nuralam, S.H., MH saat melakukan kunjungan ke UTS, Kamis, 6 Maret 2023.
“Kolaborasi ini nantinya diharapkan bersifat resiprokal, dua arah, tidak hanya menguntungkan Museum. Namun, sekaligus dapat membantu mewadahi kebutuhan akademis,” ungkap Nuralam.
Lingkup kolaborasi yang digagas, kata Nuralam, mencakup kajian situs-situs sejarah di sekitar UTS. “Kami memiliki tenaga teknis Arkeolog, Konservator, dan Kurator pameran yang dapat bersinergi dengan tim dari UTS,” jelasnya.
Ia menambahkan, kolaborasi ini tidak hanya sebagai wujud melindungi dan melestarikan objek bernilai sejarah saja. “Namun, ini juga sebagai sarana edukasi menanamkan nilai-nilai budaya,” tambahnya.
Sarana edukasi yang dimaksud dapat berupa Museum Corner maupun Living Museum. “Bentuk riilnya seperti ada pojok informasi mengenai sejarah dan budaya atau Museum Corner. Lalu, konservasi situs sejarah di seputar kampus dan dijadikan objek wisata sejarah atau Living Museum dan Heritage Walk,” ujarnya.
Dalam kunjungan tersebut, Kepala Museum juga menekankan, pentingnya perguruan tinggi memiliki visi kebudayaan.
“Dengan begitu diharapkan terbentuk lulusan yang tidak hanya memiliki kualitas intelektual, tetapi memiliki karakter nilai budaya kuat,” tutup Ahmad Nuralam.
Ajakan kolaborasi dari Museum NTB ini pun disambut baik Rektor UTS, Chairul Huda, Ph.D. Ia menyampaikan, bahwa kolaborasi ini harus segera direalisasikan.
“Kami ingin hal ini segera direalisasikan karena sejalan dengan visi kebudayaan UTS,” ujar Chairul.
Chairul juga menjelaskan, bahwa UTS memiliki Dewan Kebudayaan sebagai salah satu upaya strategi untuk mengintegrasikan nilai budaya.
“Sejarah terbentuknya UTS selama ini terdokumentasi dengan baik. Hal ini sebagai bukti perhatian serius kami mengabadikan ide gagasan tonggak pengembangan intelektual,” jelasnya.
Terlebih lagi dahulu, kata Chairul, di area kampus UTS pernah terbangun peradaban Olat Maras. “Karena itu, sejarah Olat Maras perlu dikaji dan dijadikan pijakan membangun peradaban baru yang menjadi cita awal dibangun UTS,” tambahnya.
Chairul menyampaikan, kajian sejarah Olat Maras ini bukan untuk terjebak dalam romantisme masa lalu. “Hal ini dimaksudkan menjadikan masa lalu sebagai pelajaran berharga untuk bekal membangun masa depan,” pungkas.
Kunjungan dari Museum NTB ke UTS ini turut dihadiri civitas akademika UTS lainnya beserta Ketua Dewan Kebudayaan UTS, Aries Zulkarnaen. (JEF)