Kota Mataram

Komunitas Akarpohon Mataram Gelar Perayaan Buku “Kata dan Batu”

Mataram (NTB Satu) – Komunitas Akarpohon Mataram menggelar Perayaan Buku “Kata dan Batu” karya Lailatul Kiptiyah yang diterbitkan Diva Press pada Sabtu, 21 Januari 2023 malam di Kopi Komunal, Kota Mataram. Dalam perayaan tersebut, tampil Lailatul Kiptiyah selaku penulis, Iin Farliani selaku pembedah, Angger Lengkara selaku pengalih wahana, dan Dwi Aditya Darmawan selaku pemandu.

Buku Kata dan Batu merupakan buku kumpulan puisi kedua karya Lailatul Kiptiyah setelah merilis buku Perginya Seekor Burung yang diterbitkan pada tahun 2020 lalu atas kerja sama Komunitas Akarpohon Mataram dan Halaman Indonesia. Perginya Seekor Burung masuk lima besar dalam Anugerah Hari Puisi Indonesia 2020.

Penulis Buku Kata dan Batu, Lailatul Kiptiyah atau kerap disapa Laila mengatakan, ia merasa sangat bersyukur dengan perayaan buku ini, sebab Kata dan Batu merupakan buku puisi kedua yang telah ditulisnya. Selain itu, buku Kata dan Batu bersedia diterbitkan oleh penerbit yang menurutnya cukup besar, yaitu Diva Press.

Proses Kreatif “Kata dan Batu”

Laila menceritakan, beberapa puisi dalam buku Kata dan Batu sebenarnya telah lama ditulis, terhitung sejak tahun 2010 hingga tahun 2022. Dahulu, salah seorang kawannya menyarankan ia untuk mengirimkan puisi-puisi yang telah ditulis ke media-media yang memuat karya sastra. Alhasil, puisi-puisinya pun berhasil dimuat.

“Dari keberhasilan tersebut, saya kemudian belajar teknik-teknik menulis puisi setelah membaca berbagai karya penyair-penyair di Indonesia. Selain belajar dari puisi-puisi penyair Indonesia yang termuat di media, saya juga rutin membaca kanal-kanal online pengumpul puisi yang rata-rata ditulis penyair kenamaan Indonesia, seperti Acep Zamzam Noor, Gunawan Maryanto, Goenawan Mohammad, Mardi Luhung, dan lain-lain,” cerita Laila, Minggu, 22 Januari 2023.

Menurut Laila, proses kreatif buku Perginya Seekor Burung dan Kata dan Batu sebenarnya memiliki teknik yang sama. Hanya saja, perbedaan antara dua buku kumpulan puisi tersebut terletak pada warna dan isu yang digarap.

Dalam buku Perginya Seekor Burung, Laila hanya menggarap isu-isu bernuansa domestik, yaitu keseharian mengurus anak dan rumah tangga serta bertumpu pada keselarasan. Sedangkan pada buku Kata dan Batu, terdapat perubahan dalam hidupnya, berpindah dari satu lingkungan menuju lingkungan lainnya. Perpindahan lingkungan tersebut kemudian turut mempengaruhi karakteristik puisi-puisinya.

“Untuk buku Kata dan Batu, saya mulai dengan mengumpulkan satu atau dua larik, kemudian menciptakan bait-bait, hingga terciptalah satu puisi yang utuh. Dalam proses penciptaan buku Kata dan Batu, ada beberapa hal yang menohok saya, seperti isu-isu sosial yang banyak bermunculan. Saya mengutuhkan sebuah puisi berdasarkan rasa dan suasana,” jelas Laila.

Walaupun menyuarakan sejumlah isu-isu sosial dalam buku Kata dan Batu, Laila mengaku tidak dekat dengan dunia aktivisme. Namun, amarah-amarah yang dirasakannya setelah mendapati ketimpangan-ketimpangan sosial, tersalurkan melalui puisi. Selain menggarap isu-isu sosial, dalam buku Kata dan Batu, Laila banyak menulis puisi berdasarkan pengamatan dan penghayatannya setelah menonton film-film.

Ke depannya, Laila ingin membukukan puisi-puisi yang bertumpu pada proses perjalanan serta tetap menggarap dusun tempatnya bermukim. Ia tidak mengetahui perihal apa yang membuat hubungan antara Laila dan dusun tempatnya bermukim tidak dapat terpisahkan. Laila mengaku hanya menuruti panggilan-panggilan dari tempatnya bermukim untuk dijadikan isi di dalam puisi.

“Semoga saya bisa terus menulis puisi yang lebih matang, baik secara komposisi maupun isi. Tidak ada doa lain selain agar saya diberikan kesempatan untuk terus menulis puisi,” pungkas Laila. (GSR)

Show More

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button