Kota Mataram

Kehidupan Pasar Loak Cakranegara, Siasat Hidup di Tengah Pandemi

Sore itu, Idi (40), seorang pedagang onderdil bekas sepeda motor memasang barang yang dipesan seorang pelanggan. Dengan tangan penuh cipratan oli dan keringat bercucuran akibat paparan cahaya matahari, Idi menceritakan pengalaman bekerjanya selama lima tahun termasuk siasat bertahan di tengah pandemi.

Dengan nafas terengah-engah karena lelah, Idi bercerita tentang badai pandemi Covid-19 tidak serta-merta memengaruhi usahanya. Bahkan, penghasilannya stabil sejak pertama kali menyewa toko di Pasar Loak Mataram yang terletak di Kelurahan Cakranegara Timur, Kecamatan Cakranegara, Kota Mataram sejak 2017.

“Sewaktu Covid-19, itu tidak terlalu berdampak pada saya dan pedagang lainnya. Nyaris sama saja alias tidak ada bedanya. Saya tetap berjualan dengan pendapatan yang stabil,” jelas Idi ditemui NTB Satu di tokonya, Pasar Loak, Mataram, Selasa, 9 Agustus 2022 siang.

Secara umum, masyarakat yang datang belanja menuju toko Idi memburu sok, bodi motor, velg, rantai, gear, lampu motor, knalpot, dan lain-lain. Idi mengungkapkan tidak terdapat istilah barang yang sulit dicari. Seluruh onderdil motor tersedia di tokonya yang mungil dan bernuansa gelap.

“Kadang, orang-orang datang membeli barang yang tidak dijual sama sekali, seperti peralatan helm, stiker motor, dan lain-lain,” cerita Idi.

IKLAN

Sesekali, sembari memasang onderdil, Idi menyapa rekan-rekan sesama pedagang onderdil motor, baik bekas mau pun baru. Terkadang Idi pun geram, melayani sikap para pembeli yang hanya bermodal omongan tapi tidak jadi membeli barang.

Dengan sikap penuh keyakinan, Idi tidak pernah merasa takut barang-barang yang dijualnya tidak laku. Idi meyakini selama masyarakat masih memakai motor, selama itu pula barang-barang yang dijualnya diburu pembeli.

“Hampir seluruh kalangan belanja di toko saya. Tapi, yang paling banyak belanja adalah kalangan kawula muda,” sebut Idi.

IKLAN

Mata yang tak pernah kosong tampak seperti keteguhan hatinya dalam memilih Pasar Loak, Kota Mataram sebagai lokasi untuk terus bertahan hidup. Sebagai informasi, lokasi tersebut memang terkenal sebagai pusat penjualan onderdil, baik baru mau pun bekas.

“Penghasilan tidak tentu, kalau memang sepi, ya sudah sepi. Penghasilan terbanyak, mulai dari Rp150.000 hingga Rp200.000 per hari,” ungkap Idi.

Sesekali, di jalur Pasar Loak, Kota Mataram yang padat, melintas turis mancanegara yang bikin para pedagang onderdil motor, termasuk Idi, melongo dan berdecak kagum melihat perbedaan wajah, postur, muka, kulit, dan rambut.

Pada dasarnya, toko yang ditempati Idi, secara tidak langsung tersewa dua kali. Pasalnya, Idi menyewa kepada pemilik nama yang terdaftar di Pemerintah Kota Mataram. Kemudian pemilik nama tersebut menyewa kembali kepada Pemerintah Kota Mataram. Idi mengakui dirinya beserta pedagang lain tidak pernah diusir oleh pihak Satuan Polisi Pamong Praja.

“Walaupun tidak pernah diusir, tapi saya juga tidak pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah. Saya murni berusaha sendiri,” terang Idi.

Sebelum mengakhiri perbincangan dengan NTB Satu, Idi menyampaikan, ia tidak mengharapkan bantuan apapun dari pihak Pemerintah Kota Mataram.

“Namun, jika boleh menyarankan, permurahlah harga sewa toko-toko yang disewakan. Supaya kami dapat keuntungan yang lumayan,” tandas pria asal Jereneng, Lombok Barat ini.

Sementara itu, pembeli onderdil motor di toko Idi, Lalu Rizky (21) menceritakan, telah lama berlangganan di Idi. Apabila membutuhkan onderdil tertentu, Rizky akan selalu bertandang ke toko Idi.

“Saya dan Pak Idi sudah seperti teman yang seumuran. Jadi, mau cari apapun barang apapun, pasti tersedia. Walaupun begitu, saya tetap menghormatinya sebagai orang tua,” cerita Rizky kepada NTB Satu, di Pasar Loak, Mataram, Selasa, 9 Agustus 2022, siang.

Di toko Idi, Rizky kerap mencari onderdil yang tidak dijual oleh toko kebanyakan. Selain itu, Rizky mengakui bahwa onderil motor yang dijual Idi, tidak terlalu mahal. Oleh karena itu, Rizky selalu memburu barang-barang yang diperlukannya di toko Idi.

“Saya senang belanja di Pak Idi, selain ramah, ia juga asik diajak ngobrol soal apapun, terutama soal motor. Kemungkinan besar, hubungan persahabatan kami akan terus berlanjut,” tandas Rizky.

Demikianlah cerita perihal penjual onderdil motor yang tetap bertahan tengah kerasnya zaman. Cerita Idi menyadarkan bahwa bencana, dalam hal ini adalah Pandemi Covid-19, tidak selalu berdampak pada usaha seseorang. (GSR)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button