Daerah NTB

Rusia – Ukraina Masih Perang, IKM Diimbau Jangan Tergantung Ekspor

Mataram (NTB Satu) – Nilai ekspor NTB mengalami penurunan per Mei 2022. Namun, penurunan tersebut, masih dipandang sebagai hal wajar oleh Dinas Perindustrian (Disperin) NTB.

Kondisi dunia saat ini tengah mengalami krisis akibat perang yang melibatkan Rusia dan Ukraina. Dinas Perindustrian NTB mengaku tengah mengantisipasi penurunan nilai ekspor tersebut dengan cara melakukan penguatan produksi dan belanja pasar lokal.

Kepala Dinas Perindustrian NTB, Nuryanti M.E., mengatakan, produk-produk yang dihasilkan di IKM NTB memang tidak melulu berorientasi ekspor. Saat ini, banyak terdapat IKM yang dokus berjualan di pasar lokal serta pasar dalam jaringan (daring).

“Kondisi dari masa yang sekarang kemungkinan lebih parah saat pandemi Covid-19 merebak. Ekonomi belum pulih setelah pandemi Covid-19, namun guncangan global makin kuat akibat perang antar Rusia dan Ukraina,” ujar Nuryanti, kepada NTB Satu, Jumat, 22 Juli 2022.

Apabila ekspor menurun, menurut Nuryanti merupakan hal yang cukup wajar. Pasalnya, kondisi dunia sedang tidak cukup baik-baik saja. Maka dari itu, perlu rencana-rencana penyesuaian, seperti penguatan produk lokal di pasar lokal.

“Selain catatan BPS, terdapat juga beberapa transaksi yang tidak tercatat secara resmi, seperti di kanal-kanal belanja online. Produk-produk tetap terkirim, hanya saja tidak tercatat secara resmi,” ungkap Nuryanti.

Apabila terdapat narasi bahwa nilai ekspor memang sedang turun, kemungkinan besar nilai dari suatu barang yang kerap diekspor sedang tidak dibutuhkan oleh negara tujuan.

“Sesuai dengan pernyataan Pak Gubernur, angka statistik jangan terlalu menjadi tolok ukur. Yang penting, penuhi kebutuhan pasar lokal terlebih dahulu,” papar Nuryanti.

Walaupun terdapat narasi bahwa ekspor NTB sedang menurun, beberapa negara tercatat banyak mengimpor produk dari NTB, misalnya Jepang, China, Korea Selatan, dan sebagainya. Sederetan negara tersebut, sangat meminati berbagai produk asal NTB, seperti hasil galian, tambang non-migas, perhiasan, ikan, daging, dan lain-lain.

Secara garis besar, Nuryanti mengakui bahwa produk-produk asal NTB masih kalah secara tampilan atau desain. Namun, produk-produk asal NTB, memiliki rasa yang berbeda.

“Nah, rasa yang berbeda atau kualitas barang jadi senjata utama produk-produk asal NTB dalam bersaing di pasar dunia,” terang Nuryanti.

Kepada seluruh produsen dan pengusaha, Nuryanti menyarankan, mengekspor produk yang telah melalui proses pengolahan merupakan hal yang sangat bagus. Namun, apabila produk masih mentah, Nuryanti meminta agar para produsen bersedia rendah hati untuk berbagi dan menjual produk ke pasar lokal terlebih dahulu.

“Karena kalau masih mentah dan harus melalui proses pengolahan, pasti akan tercipta lapangan pekerjaan yang baru. Sebab, bila langsung diekspor tanpa ada proses pengolahan, hal tersebut tidak memiliki dampak yang signifikan dalam proses peningkatan pertumbuhan ekonomi,” jelas Nuryanti.

Untuk tahapan awal, karena memang produsen membutuhkan uang, maka hal tersebut dapat diwajarkan. Namun, ke depannya, harus terdapat kesadaran bahwa produsen di NTB mesti melakukan pengolahan produk sebelum diekspor.

Ke depannya, Nuryanti berharap agar Presiden Joko Widodo menyediakan kredit rumah produksi yang murah bagi para IKM.

“Hal tersebut, sangat dibutuhkan oleh para UMKM agar memenuhi target Pemerintah Republik Indonesia supaya masuk ke dalam katalog elektronik belanja pasar internasional,” pungkas Nuryanti. (GSR)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button