Daerah NTB

Tak Cukup Bangunan Fisik, Isi Museum Sejarah Rinjani Perlu Disiapkan dengan Tepat

Mataram (NTB Satu) – Belakangan ini, sedang gencar rencana pembuatan museum tentang sejarah peristiwa letusan Gunung Rinjani dan Gunung Tambora yang diusung oleh Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah. Menurut Manajer Pendidikan dan Kebudayaan Geopark Rinjani, Fathul Rakhman, sebelum memikirkan bangunan fisik, langkah awal yang penting adalah dengan mengumpulkan isi dari museum tersebut.

“Jangan dulu pikirkan bangunannya, tapi isinya dulu dipikirkan kalau museum itu,” ujar Fathul, Sabtu, 28 Mei 2022.

Isi yang dimaksud Fathul adalah artefak-artefak yang mendukung cerita sejarah peristiwa geologi kedua gunung tersebut, yang mana saat ini masih tersebar di banyak tempat.

“Di Museum Negeri NTB itu sudah ada cerita geologisnya, bagaimana cerita meletusnya Gunung Samalas (Gunung Rinjani sekarang), tapi artefaknya belum ada, tinggal dilengkapi artefaknya berdasarkan cerita yang ada,” ungkap Fathul.

Isi dari museum tersebut direncanakan mencakup beberapa hal, seperti aspek geologi, biodiversity atau keanekaragaman hayati), dan cultural diversity atau keanekaragaman budaya.

“Pak Gubernur (Zulkieflimansyah) mintanya museum ini mencakup segala hal, dan tidak terlepas dari tiga hal, mulai dari geologinya, kekayaan biologinya, dan kekayaan budayanya,” imbuhnya.

Ia pun menyarankan, agar terlebih dahulu dibentuk tim untuk mengumpulkan artefak-artefak pendukung manuskrip dari peristiwa tersebut. “Untuk mengumpulkan tiga hal ini, memang perlu pertemuan intens lagi untuk menentukan siapa yang akan mengumpulkan artefak tersebut. Supaya enak nanti kalau sudah ada bahan-bahannya,” imbau Fathul.

Ia menambahkan, bahwa saat ini Geopark Rinjani sudah memiliki dokumen peristiwa geologi berupa proses terbentuknya Pulau Lombok, lalu meletusnya Gunung Samalas, hingga peristiwa gempa Lombok pada 2018 silam. Dokumen tersebut di simpan di Pusat Informasi Geologi Museum Negeri NTB.

Apabila resmi dibangun, Fathul memperkirakan museum tersebut akan membutuhkan tempat yang cukup luas, mengingat batuan yang menjadi bukti letusan kedua gunung relatif memiliki ukuran yang besar.

“Bukti geologis letusan itu ada di Tanak Beak, Kabupaten Lombok Tengah. Tapi untuk membawa benda itu butuh space yang luas, belum lagi bukti kebudayaan dan biologinya,” pungkasnya.

Sebelumnya, alasan Gubernur NTB mengusungkan dibentuknya museum itu adalah, agar para wisatawan yang datang ke NTB bisa berwisata masa lalu dengan mengingat dampak letusan Gunung Rinjani dan Gunung Tambora yang saat itu mengubah iklim bahkan peradaban dunia. (RZK)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button