Kota Mataram

Jelang Ramadan, Banyak Masyarakat Berziarah ke Makam Bintaro Mataram

Mataram (NTB Satu) – Sehari menjelang bulan Ramadan, Makam Bintaro penuh oleh pengunjung yang melantunkan ayat-ayat suci. Mengunjungi makam jelang bulan Ramadan, menjadi tradisi khusus masyarakat Ampenan, semenjak dahulu.

Ratusan motor, serta belasan mobil tampak memenuhi areal parkir Makam Bintaro, Sabtu, 2 April 2022. Tidak hanya orang tua, anak-anak, turut memenuhi Makam Bintaro yang terletak di Lingkungan Pondok Prasi, Kelurahan Bintaro, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram.

Orang-orang yang berdatangan mengenakan pakaian muslim, serta membawa buku yasin untuk dibacakan kepada kerabat-kerabat mereka yang telah meninggal.

Setelah makam penuh oleh gema lantunan ayat-ayat suci, serta tampak asri dan basah oleh air yang ditimba dari sumur, pengunjung Musdah (60), memberikan upah kepada penjaga Makam Bintaro, Ayum (70), berupa sedikit uang sebagai tanda terima kasih sebab telah menjaga serta membersihkan makam.

“Saya sudah biasa memberi uang kepada Ibu Ayum. Sebagai tanda terima kasih karena telah menjaga makam istri saya,” ungkap Musdah, ditemui NTB Satu, Sabtu, 1 April 2022.

Mengunjungi makam istrinya lalu membacakan lantunan ayat-ayat suci serta menaburkan bunga, memang sudah sering dilakukan oleh Musdah. Tetapi, momentum menjelang Ramadan, bagi Musdah merupakan hal yang berbeda.

“Jadi, orang-orang datang ke makam menjelang bulan puasa ini, sudah jadi tradisi. Masyarakat percaya, orang-orang yang sudah meninggal, akan ‘pulang’ ke rumah mereka masing-masing selama Ramadan. Jadi, masyarakat yang masih hidup, mengunjungi makam untuk menjemput mereka yang sudah mati,” ujar Musdah.

Ketika berziarah kubur, Musdah biasanya membacakan surat Yasin dan Tahlil, serta mendoakan kerabat-kerabat yang telah meninggal agar diampuni dosa-dosanya. Selain itu, pria yang merupakan guru di sebuah Tempat Pengajian Quran (TPQ) di lingkungan Dayen Peken, Kelurahan Dayen Peken, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram ini, kerap membawa anak-anak muridnya untuk turut serta membaca doa bagi kerabat-kerabat mereka yang telah meninggal.

“Biasanya mendoakan itu, duduk di sebelah kanan kuburan. Habis itu, biasanya ngaji, baca surat Yasin dan juga tahlil. Mendoakan supaya orang-orang yang dikenal, diampuni dosanya serta diterima amal baiknya,” jelas Musdah.

Tradisi ziarah kubur merupakan bentuk bakti anak kepada orang tua, atau pun orang-orang yang dicintai.

Sang penjaga makam, Ayum bercerita bahwa dirinya telah bekerja lebih dari 50 tahun. Dengan usia yang sudah tidak muda lagi dan penglihatan lumayan kabur, ia tetap setia mengabdikan dirinya untuk masyarakat.

“Pekerjaan ini saya lakukan semata-mata untuk masyarakat. Saya tidak pernah memikirkan bayaran. Yang penting, ketika orang-orang datang berziarah, mereka jadi senang, melihat makam keluarganya tampak bersih dan basah oleh air,” papar Ayum.

Hanya saja, Ayum sempat berkeluh kesah mengenai ketidakadaan gazebo di seputaran areal makam Bintaro. Hal tersebut, membuat prosesi pemakaman kerap terganggu, terlebih ketika hujan.

“Walaupun tidak pernah minta, tapi saya berharap kepada pemerintah, untuk sediakan gazebo. Karena, ketika pemakaman, apalagi sewaktu hujan, orang-orang kerap kebasahan dan tidak punya tempat berteduh. Nantinya, gazebo itu bisa jadi tempat orang berteduh atau tempat berteduh bagi ustaz ketika membacakan talqin,” tutup Ayum. (GSR)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button