BERITA NASIONAL

Daftar 5 Konglomerat Pemilik Tambang Nikel di Indonesia

Jakarta (NTBSatu) – Indonesia sudah lama dikenal sebagai salah satu negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia. Berdasarkan catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar dunia.

Data Badan Geologi Amerika menyebutkan Indonesia menyumbang 43 persen dari total cadangan nikel dunia. Selebihnya dikuasai negara tetangga seperti Australia, Filipina, dan sebagian Kanada.

Sementara sepanjang 2023, nilai ekspor produk hilirisasi nikel telah mencapai US$ 34 miliar. Angka tersebut melonjak signifikan dari nilai ekspor pada tahun 2017 ketika Indonesia hanya mengekspor bahan mentah berupa bijih nikel.

Ada sejumlah konglomerat Indonesia yang tercatat memiliki bisnis tambang nikel. Beberapa di antaranya memang sedari awal memiliki bisnis pertambangan, seperti batu bara.

IKLAN

Berikut daftar 5 (lima) konglomerat Indonesia yang memiliki tambang nikel:

1. Kiki Barki

Kiki Barki merupakan pendiri emiten pertambangan batu bara, PT Harum Energi Tbk. (HRUM). Keluarga Barki menguasai 79,79 persen saham HRUM, yang berdiri sejak 1995.

Operasi pertambangan nikel Harum Energy dilakukan melalui anak perusahaannya, PT Position (POS). Sumber daya tambang POS diperkirakan mencapai 215 juta ton bijih nikel, terdiri dari bijih limonit sekitar 92 juta ton (Ni 1,21 persen) dan bijih saprolit sekitar 123 juta ton (Ni 1,56 persen).

Mengutip Forbes Indonesia’s 50 Richest, Kiki menempati orang terkaya ke-42 di Tanah Air. Kekayannya mencapai US$ 1,3 miliar atau Rp 21,13 triliun (kurs Rp 16.620).

IKLAN

2. Lim Hariyanto Wijaya Sarwono

Lim Hariyanto Wijaya Sarwono merupakan sosok konglomerat pendiri Harita Group, konglomerasi yagn bergerak di bisnis pertambangan nikel, batu bara, hingga bauksi†. Adapun grup ini memiliki anak usaha yang bergerak di bisnis tambang nikel, yakni PT Trimegah Bangun Persada Tbk (NCKL).

Pada kuartal I-2025, NCKL melakukan penjualan bijih nikel total sebesar 5,49 juta wmt (wet metric ton) kepada perusahaan afiliasi pada kuartal pertama 2025.

Sementara dari lini High Pressure Acid Leaching (HPAL) pada periode yang sama tercatat sebesar 30.263 ton kandungan nikel, yang terdiri dari Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) sebesar 19.837 ton dan Nikel Sulfat (NiSo4) sebanyak 10.426 ton.

IKLAN

Adapun mengutip Forbes Indonesia’s 50 Richest, Lim tercatat sebagai orang terkaya ke-15 di Indonesia. Dia memilki harta senilai US$ 4 miliar atau Rp 65,02 triliun (kurs Rp 16.620).

3. Garibaldi Thohir

Garibaldi Thohir atau Boy Thohir adalah CEO dan pemilik saham Alamtri Resources Indonesia, sebelumnya Adaro Energy Indonesia. Thohir juga tercatat sebagai pemilik Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA).

Kinerja MBMA sepanjang 2024 ditopang oleh tambang nikel PT Sulawesi Cahaya Mineral serta kontribusi signifikan dari operasi nickel pig iron (NPI).

Selama 2024, tambang SCM menghasilkan 10,1 juta wmt limonit, peningkatan 150 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dan 4,9 juta wmt saprolit, naik 110 persen dari 2023.

Dalam periode yang sama, smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) memproduksi 82.161 ton nikel dalam bentuk NPI, peningkatan 26 persen dengan tahun sebelumnya, yang membuktikan strategi integrasi vertikal MBMA.

4. Christopher Sumasto Tjia

Christopher adalah anak konglomerat Adi Sumasto Tji. Kemudian Christopher memiliki PT PAM Mineral Tbk (NICL), perusahaan yang merupakan bagian dari Pintu Air Mas Group (PAM Group).

Perusahaan mencatat peningkatan volume penjualan nikel pada kuartal I-2025 dibandingkan dengan periode sebelumnya yang sebesar 222.791 wmt menjadi sebesar 995.834 wmt. Volume penjualan juga ikut naik sebesar 346,98 persen secara tahunan

5. Low Tuck Kwong

Low Tuck Kwong merupakan konglomerat pemilik Bayan Resources, perusahaan tambang yang berfokus di sektor batubara. Kini, ia mulai merambah ke komoditas nikel yang membuatnya masuk dalam daftar pengusaha pemilik tambang nikel di Indonesia.

Pria kelahiran Singapura, 17 April 1948 ini sebenarnya berangkat dari perusahaan konstruksi. Ia mendirikan Jaya Sumpiles Indonesia pada 1973, setahun setelah memutuskan pindah ke Indonesia.

Lalu, Low Tuck Kwong mulai masuk ke bisnis batubara sejak 1988 sebagai kontraktor tambang. Pada 1997, ia membeli perusahaan tambang pertamanya, PT Gunungbayan Pratamacoal sekaligus yang menjadi cikal bakal PT Bayan Resources.

Saat ini, Low Tuck Kwong menjadi pemilik Bayan Resources (BYAN) dengan menguasai sekitar 60–62 persen saham.

Mengutip Forbes per 13 Juni 2025, kekayaan Low Tuck Kwong mencapai 27,8 miliar dolar AS atau setara Rp452 triliun (Kurs Rp16.270). (*)

Alan Ananami

Jurnalis NTBSatu

Berita Terkait

Back to top button