Mataram (NTBSatu) – Bawang merah Bima tengah mengalami pelonjakan hingga dua kali lipat dari harga normal.
Sebelumnya, bawang merah Bima berada pada kisaran Rp35.000-Rp40.000, kini mencapai Rp60.000 per kilogramnya.
Menurut penuturan salah satu pedagang bawang merah yang di Pasar Kebon Roek, Ampenan, Kota Mataram, meroketnya harga bumbu masak itu disebabkan oleh pembelian besar-besaran komoditas ini
oleh para tengkulak yang berasal dari Jawa.
“Di Jawa mungkin stoknya sedang habis disana. Makanya mereka pada borong stok kita,” ujar Nurmansyah pada NTBSatu, Jumat, 19 April 2024.
Tak dipungkiri, tingginya permintaan pasar terhadap bawang merah bima disebabkan karena kualitas komoditas tersebut yang berada diatas rata-rata.
Berita Terkini:
- Imbas Perampingan OPD, Sejumlah Pejabat Pemprov NTB Dipastikan Kehilangan Jabatan
- Interpelasi DAK 2024 Akhirnya Masuk Paripurna, Selanjutnya Tergantung Fraksi
- Kesulitan Intervensi Ponpes Bermasalah, Kanwil Kemenag NTB Dorong Aparat Proses Hukum
- Lantik 83 PPIH Embarkasi Lombok, Wakil Gubernur Apresiasi Pelayanan Haji di NTB
Meski memiliki ukuran yang lebih kecil dan penampilannya tak seelok jenis lainnya, konsumen mengaku aroma masakan menjadi jauh lebih sedap dan menggiurkan jika menggunakan bawang merah Bima.
“Dibandingkan bawang merah bolo -bolo (sebutan untuk bawang merah dari Jawa atau impor), pelanggan lebih suka pakai lokal punya. Kata pedagang makanan, pakai bawang Bima cuma butuh seperempat kilo aja, rasa makanan sudah mantap. Kalau pakai yang lain butuh setengah kilo lebih baru keluar rasanya,” ungkap Nur.
Ia juga mengatakan, bawang merah Bima dari dulu menjadi primadona, walaupun harganya lebih mahal sekitar Rp5000-Rp10.000 per kg dibandingkan bawang merah jenis lain, permintaan pasar tetap tinggi.
“Kalau stok ada, semahal-mahal harganya masih banyak yang cari,” tambahnya.
Bawang merah Bima ditenggarai baru dapat menyentuh harga normal jika ada pasokan yang dikirimkan dari luar daerah.
“Nah, biasanya mulai normal kalau pasokan dari Jawa dikirim kemari. Baru harga bisa stabil lagi,” tukasnya. (STA)