Kota Bima (NTBSatu) – Nama Anggota DPR RI Fraksi PAN, H. Muhammad Syafruddin atau Rudy Mbojo santer bakal jadi salah satu penantang padai Pilkada Kota Bima 2024 mendatang.
Indikasi itu semakin kuat setelah ia kandas pada Pileg 2024 kemarin dan namanya mulai meredup di Pilkada NTB. Padahal sebelumnya ia sempat flayer-nya berpasangan dengan eks Duta Besar Indonesia untuk Turki, Lalu Muhammad Iqbal.
Pengamat Politik sekaligus Dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram, Prof. Kadri mengatakan, semisal Rudy Mbojo memenuhi dukungan partai pengusung dan berhasil tampil di Pilkada Kota Bima, ia akan habis-habisan.
HMS akan menempuh langkah politik ini, demi mempertahankan gengsi politik, apalagi statusnya sebagai anggota dewan pust.
“Rudy Mbojo ini akan habis-habisan, saat dia tidak terpilih di pusat. Ini gensi anggota Dewan. Rudy Mbojo akan serius karena ini pertaruhan nama juga, jangan sampai dia gagal di legislatif, gagal lagi di Pilkada hanya pada level kota,” kata Prof. Kadri kepada NTBSatu, Jumat, 5 Juli 2024.
Namun sebelum itu, lanjutnya, ia harus berjibaku melawan rekan sesama kadernya di PAN yaitu Feri Sofyan untuk merebut tiket PAN.
Harus Keluar Partai

“Kalau keduanya tidak mau jalan bersama, maka masing-masing harus menerima konsekuensi keluar dari PAN ketika satu di antaranya ngotot maju dengan usungan partai lain,” jelasnya.
Prof. Kadri menilai, kedua kader PAN ini masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.
Rudy Mbojo dengan pengalaman elektoralnya di legislatif, sedangkan Feri Sofyan pengalaman elektoral di eksekutif.
Sementara membandingkan dari sisi peluang, Rudy Mbojo lebih terbuka mengantongi rekomendasi dari DPP PAN Feri Sofyan. Pasalnya, kekuatan lobi HMS dengan pusat lebih kuat.
“Dari struktur dan posisi di partai juga Feri Sofyan jauh dengan HMS,” ujarnya.
Namun tidak hanya itu, parameter lain yang menjadi pertimbangannya adalah elektabilitas dari kedua figur ini. Karena partai ingin mengusung kader yang nanti harus menang.
“Intinya siapa yang memiliki elektabilitas tinggi, dan kuat lobinya,” beber Prof. Kadri.
Kesimpulannya, jika keduanya tidak mau mengalah. Persoalannya ketika yang terpilih HMS dan pasangannya bukan Feri Sofyan dan pengusungnya partai lain, konsekuensinya harus keluar dari PAN. “Begitupun sebaliknya,” pungkasnya. (MYM)