Mataram (NTBSatu) – Peredaran kerupuk mengandung boraks masih tinggi di Kota Mataram.
Hal ini berdasar pada temuan BBPOM di Mataram saat melakukan intensifikasi pangan Ramadan 2024, pada sejumlah pasar tradisional dan sentra takjil.
Kepala BBPOM Mataram, Yosef Dwi Irwan Prakasa, mengatakan, dari 230 sampel takjil ditemukan 5 sampel dengan kandungan bahan berbahaya, yaitu boraks dan rhodamin B.
“Berdasarkan hasil uji cepat, paling banyak ditemukan kerupuk yang mengandung boraks,” kata Yosef pada NTBSatu, Kamis, 21 Maret 2024.
Yosef mengungkapkan, temuan kandungan boraks pada kerupuk seakan tak pernah absen saat dilakukannya sidak pangan timnya.
Berita Terkini:
- Fahri Hamzah Bertemu Seskab Teddy, Berdiskusi Santai Ditemani Air Kelapa hingga Nasi Padang
- Guru Besar Unram Minta Gubernur Batalkan Rekomendasi 7 Calon Direksi Bank NTB Syariah
- 113 Dosen Lolos Hibah, STKIP Taman Siswa Bima Gelar Koordinasi Teknis dan Penguatan Publikasi
- Realisasi Anggaran Hambat Pertumbuhan Ekonomi NTB, BPKAD: OPD Sudah Bisa Berkontrak
Ternyata, hal ini terjadi lantaran tingginya permintaan pasar yang konon lebih menyukai cita rasa makanan dengan tambahan bahan berbahaya tersebut yang menjadikannya kerupuk lebih gurih dan renyah.
“Nah, kami sudah telusuri, supply-demand kerupuk mengandung boraks ini sangat tinggi di masyarakat. Mereka lebih suka kerupuk yang ada campuran boraks itu. Wah, tentunya ini sangat berbahaya untuk kesehatan jangka panjang,” imbuhnya.
Yosef amat menyayangkan hal tersebut, sebab efek yang akan ditimbulkan jika terus menerus mengkonsumsi makanan dengan kandungan boraks, di antaranya akan menyebabkan gangguan fungsi otak, hati, ginjal hingga pencetus terjadinya kanker.