Mataram (NTBSatu) – Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Mataram saat ini sedang menggencarkan perekaman Kartu Tanda Penduduk (KTP) elektronik untuk masyarakat lanjut usia (lansia) dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
Kepala Bagian Pendataan Dukcapil Kota Mataram Wirahadi mengatakan proses pendataan data diri untuk lansia dan ODGJ hampir sama dengan masyarakat lainnya. Akan tetapi, yang membedakan mereka yaitu dengan cara berkunjung langsung atau masyarakat memberikan informasi maupun laporan, lalu tim Dukcapil akan langsung datang ke lokasi mereka.
“Rumah sakit pun tetap disambangi, rekaman, biometrik atau sidik jari, dan foto juga tetap dilakukan. Pada sistemnya akan diberikan keterangan bahwa orang tersebut ODGJ atau cacat mental, cacat fisik dan memiliki golongan khusus di sistem SiAK,” katanya, 24 Januari 2024.
“Karena mereka termasuk golongan khusus, maka mereka tidak bisa tanda tangan, tetapi kita gunakan garis, yang penting foto wajah dan kalau tidak bisa sidik jari, kita akan bantu,” sambungnya.
Baca Juga: Jelang Pemilu 2024, Bawaslu Kota Mataram Ingatkan Perusahaan Wajib Berikan Hak Pilih Karyawannya
Wirahadi menyebutkan jumlah ODGJ yang termasuk cacat fisik, dan cacat mental sudah terdata sekitar 710 jiwa dan lansia sebanyak 5.237 jiwa sejak tahun 2023. Para ODGJ dan lansia tersebut secara umum sudah terdata dan bisa dibukukan ke pemerintah pusat.
“Karena fasilitas BPJS dan lain sebagainya mereka butuhkan, sehingga data diri harus terekam, kalau mereka tidak melapor, maka dari Dukcapil kesusahan untuk melakukan penjaringan, kadang keluarga merasa malu melaporkan,” ungkapnya.
Wirahadi menambahkan kalau di Rumah Sakit Jiwa sudah terdata semua, karena syarat untuk masuk kesana hanya dengan menggunakan KTP atau identitas. Ia juga menyampaikan tidak ada hambatan selama proses perekaman sejauh ini, tetapi pihak Dukcapil tetap mempertimbangkan waktu yang tepat, karena para ODGJ tersebut bisa saja kambuh.
“Saat melakukan foto juga sangat susah, mereka tidak bisa diam dan lari-lari saat . Target perekaman dari pusat tidak ada, karena kan tidak mengetahui kondisinya, orang yang normal bisa jadi gila,” pungkasnya. (WIL)
Baca Juga: Angkutan Online Makin Eksis, Bemo Kuning Direncanakan Jadi “Feeder” dan Angkutan Sekolah