Kota Mataram Dominasi Kunjungan Wisatawan Nusantara di NTB
Mataram (NTBSatu) – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB mencatat, Kota Mataram menjadi daerah tujuan utama bagi 22,70 persen perjalanan wisatawan nusantara (wisnus) di Provinsi NTB. Angka ini menjadikan Mataram sebagai destinasi paling diminati dibandingkan daerah lain di NTB.
Dalam laporan BPS tahun 2025 tersebut, Lombok Barat menempati posisi kedua dengan 19,55 persen, Lombok Timur 14,35 persen, dan Lombok Tengah 14,30 persen. Sementara daerah lainnya seperti Lombok Utara, Bima, dan Sumbawa mencatat angka di bawah 7 persen.
Ketua Asosiasi Hotel Kota Mataram, I Made Adiyasa menilai, data BPS ini sangat menggambarkan karakter wisatawan domestik yang cenderung memilih ibu kota provinsi sebagai tujuan utama perjalanan.
“Rilis BPS, 22,70 persen wisatawan nusantara menjadikan Mataram sebagai pilihan tujuan utama bisa jadi data yang sangat tepat. Karena karakter wisnus dalam berwisata adalah mencari ibu kota provinsi tujuan dengan mindset, tinggal di ibu kota relatif lebih lengkap dari sisi fasilitas akomodasi, kuliner, dan belanja oleh-oleh,” ujar Adiyasa kepada NTBSatu, Rabu, 12 November 2025.
Selain itu, ia menyebut, mayoritas wisnus yang datang ke Mataram tidak murni datang sebagai wisatawan saja. Sebagian besar memiliki tujuan utama lainnya, seperti MICE atau kunjungan kerja dan bisnis yang sekaligus berwisata.
Meski demikian, Adiyasa menilai, kegiatan festival yang selama ini pemerintah kota gelar belum memberikan dampak signifikan bagi sektor perhotelan.
“Festival-festival yang sudah ada sekarang lebih bersifat lokal dan belum berdampak besar terhadap tingkat kunjungan. Kami berharap pemerintah dapat mengadakan event berskala lebih besar yang bisa mendatangkan orang dari luar kota untuk berkunjung ke Mataram,” katanya.
Meski demikian, Adiyasa menyoroti kegiatan promosi pariwisata yang dinilai masih terbatas. “Festival-festival yang ada sekarang lebih bersifat lokal dan belum berdampak signifikan terhadap tingkat kunjungan. Pemerintah perlu mengadakan event berskala besar yang bisa menarik wisatawan dari luar daerah,” ujarnya.
Agenda Festival Terancam Sepi
Sebelumnya, beberapa agenda festival di Kota Mataram terancam sepi pada 2026 karena pengurangan anggaran dari Pemerintah Pusat sebesar Rp370 miliar, yang menyebabkan dinas pariwisata tidak dapat menjalankan seluruh programnya. Dampak paling terasa adalah 10 agenda festival kota yang harus dibatalkan akibat keterbatasan anggaran.
Menanggapi hal itu, Adiyasa menilai, ketiadaan agenda festival akan memengaruhi tingkat kunjungan wisatawan ke kota ini.
“Kalau promosi berhenti, efeknya pasti terasa. Festival selama ini memang bersifat lokal, tapi setidaknya menjaga eksistensi kota sebagai destinasi wisata. Sektor hotel dan restoran adalah penyumbang PAD terbesar. Sudah seharusnya ada alokasi anggaran yang memadai untuk menjaga daya saing Mataram sebagai kota wisata,” harapnya.
Sementara itu, Ketua Komisi II DPRD Kota Mataram, Irawan Aprianto menegaskan, keterbatasan anggaran bukan alasan untuk menghentikan geliat pariwisata kota.
“Kami memahami ada pemangkasan anggaran dari pusat, tetapi Dinas Pariwisata tidak boleh berhenti berkreasi,” ujarnya.
Irawan menilai sektor pariwisata menjadi salah satu motor penggerak ekonomi daerah, sehingga perlu langkah inovatif agar kegiatan promosi tetap berjalan.
“Kami mendorong dinas agar bisa menggandeng pihak swasta, BUMN, dan pelaku industri untuk bersama-sama menyelenggarakan event. Kolaborasi ini penting agar agenda pariwisata tidak sepenuhnya bergantung pada APBD,” tegasnya.
Lebih lanjut, Irawan juga menyoroti pentingnya keberlanjutan program promosi daerah. “Mataram ini punya potensi besar, tapi tanpa kegiatan yang menarik wisatawan, potensi itu bisa stagnan. Pemerintah daerah perlu memanfaatkan momentum dari data BPS ini untuk memperkuat citra kota sebagai pusat wisata di NTB,” tambahnya. (*)



