Kongres Nasional PERHATI-KL, Bahas Inovasi hingga Tantangan Kesehatan THT di Indonesia
Mataram (NTBSatu) – Perhimpunan Ahli Telinga, Hidung, Tenggorok, Bedah Kepala, dan Leher Indonesia (PERHATI-KL) menggelar Kongres Nasional ke-XX di Hotel Lombok Raya, Kota Mataram, Kamis, 30 Oktober 2025. Ribuan dokter spesialis THT-KL dari seluruh Indonesia menghadiri kegiatan ini.
Selain menjadi forum ilmiah, Kongres Nasional PERHATI-KL juga mengagendakan pemilihan pengurus pusat baru periode 2025–2028. Proses pemilihan dilakukan secara demokratis dengan melibatkan seluruh perwakilan cabang daerah.
Kegiatan ini dibuka secara resmi oleh Gubernur NTB yang diwakili Asisten I Setda NTB, Fathurrahman. Ia mengatakan, kongres ini menjadi momen strategis dalam memperkuat komitmen guna meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang kesehatan. Sebagai upaya memperbaiki derajat kesehatan masyarakat Indonesia.
“Dunia kedokteran tidak pernah berhenti bergerak. Ia senantiasa berevolusi mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan kebutuhan masyarakat yang terus berubah,” kata Fathurrahman.
Tantangan THT di Indonesia
Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin mengatakan, salah satu tantangan THT di Indonesia adalah berkaitan dengan akses dan kualitas layanan kesehatan. Fasilitas kesehatan di daerah masih ada yang belum memiliki peralatan THT yang modern dan memadai.
Oleh karena itu, lanjut Budi, Kementerian Kesehatan sudah menganggarkan dalam tiga tahun ke depan untuk pemenuhan peralatan THT ini. Misalnya, otoskop merupkan alat medis untuk memeriksa Telinga, Hidung, dan Tenggorokan (THT).
Penyediaan alat medis ini diprioritaskan pada layanan tingkat dasar, seperti Puskesmas. “Jadi seluruh puskesmas akan memiliki otoskop,” kata Budi.
Selain Otoskop, Kementerian Kesehatan juga sedang mengkaji untuk penyediaan alat medis THT lain di seluruh Puskesmas. Seperti, Otoacoustic Emission (OAE) merupakan alat untuk memeriksa pendengaran pada bayi.
“Memang waktu itu OEA sudah kita masukkan dalam penganggaran, cuman waktu itu tidak jadi karena harganya masih terlampau mahal. Sehingga, belum bisa kita berikan,” ungkapnya.
Karena itu, Budi meminta kepada PERHATI-KL dan organisasi profesi lainnya, agar mencoba mencari alternatif lain yang lebih murah mengatasi persoalan ini.
“Jadi tidak usah bergantung pada merk barat, saya yakin di India, China, Vietnam kejadian seperti ini sudah ada. Bagaimana mereka mengatasinya secara masif dengan biaya yang relatif murah, itu pasti ada alternatif. Jadi saya minta teman-teman belajar lah ke China dan India,” jelasnya.
Ia meminta, ketua terpilih hasil kongres hari ini dapat melanjutkan program penguatan riset klinis, peningkatan kompetensi dokter muda, dan memperluas jejaring kolaborasi internasional.
“Kita harus benar-benar memperhatikan bagaimana layanan kesehatan di Puskesmas bisa dilakukan oleh tenaga medis. Dan semaksimal mungkin menjaga masyarakat kita tetap sehat dan tidak harus masuk ke rumah sakit,” ungkapnya.
Dorong Kolaborasi Pemerintah Pusat dan Daerah
Selanjutnya, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Prof. Brian Yuliarto menekankan, pentingnya perluasan akses dan percepat pemenuhan tenaga medis dan kesehatan. Khusunya dokter spesialis dan sub spesialis. Hal ini dalam rangka mewujudkan Asta Cita.
“Upaya ini membutuhkan kolaborasi dan semangat gotong royong dari Pemerintah Pusat dan daerah, serta seluruh pemangku kepentingan,” ujar Brian.
Kemendiktisaintek dan Kemenkes terus berupaya mewujudkan kemandirian daerah dalam pemenuhan tenaga medis dan tenaga kesehatan.
Brian mengatakan, Kemendiktisaintek telah mengkoordinasikan dengan perguruan tinggi dan menugaskan satuan tugas untuk mengakselerasi pemenuhan dan distribusi dokter dan dokter spesialis mulai 2025 ini.
Dalam upaya percepatan tersebut, satgas Kemendiktisaintek memiliki tiga strategi. Pertama, penambahan prodi baru dan peningkatan kuota mahasiswa dokter spesialis dengan model kemitraan perguruan tinggi.
Kedua, penempatan dan deployment residence mandiri pada rumah sakit prioritas. “Ketiga, penguatan kemitraan dengan pemda, kementerian lembaga dan stakeholder,” ujarnya.
Dalam menjalankan upaya percepatan ini, lanjutnya, perlu kerja sama yang kuat dengan rumah sakit pendidikan untuk penyehatan pembelajaran klinik sesuai standar pendidikan dan pemenuhan pendidikan
PERHATI-KL sebagai salah satu organisasi profesi harapannya dapat mendukung percepatan prodi spesialis, maupun pengembangan sub spesialis usulan perguruan tinggi.
“Di sisi lain perlu penguatan ekosistem inovasi sains dan teknologi bidang kesehatan. Melalui hilirisasi riset dan pengembangan teknologi kecerdasan buatan bidang THT. Pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan,” jelasnya.
Tambah Pengetahuan dan Ajang Silaturahmi
Ketua Panitia Kongres Nasional PERHATI-KL, Prof. Hamsu Kadriyan menyampaikan, tujuan akhir dari kongres ini meng-update ilmu pengetahuan, skill, lebih-lebih sebagai ajang silaturahmi.
“Kita juga akan melakukan pemilihan ketua baru untuk tiga tahun ke depan,” ujar Prof. Hamsu.
Dalam kongres ini, sekitar 1.300 dokter spesialis THT dari seluruh Indonesia turut hadir. Berdiskusi dan menggali potensi yang ada sebagai langkah maju, untuk mengembangkan profesi THT KL ke depannya.
“Jadi kita sangat bersyukur sebagai tuan rumah kita bisa memfasilitasi dokter spesialis di Indonesia untuk berkumpul, bertemu dan berdiskusi dan juga menggali potensi yang ada. Karena ternyata dari pengurus pusat dan anggota banyak inovasi yang telah dilakukan,” jelas Prof. Hamsu.
Di sisi lain ia menekankan, pendidikan dokter spesialis itu harusnya tidak hanya mneghasilkan dokter spesialis tapi juga menghasilkan inovasi. Sehingga harapannya ke depan, Indonesia tidak hanya jadi penginpor alat-alat medis, tetapi juga menjadi produsen, bahkan pengekspor.
“Sehingga inovasi-inovasi yang ada dari seluruh sentra pendidikan doter THT maupun seluruh dokter THT di Indonesia ini difasilitasi di sini. Mulai dari teorinya prakteknya , bentuknya itu kita fasilitasi di sini untuk ditampilkan,” jelasnya. (*)



