INTERNASIONAL

Dampak Perubahan Iklim, Nyamuk Ditemukan di Islandia

Mataram (NTBSatu) – Fenomena mengejutkan terjadi di Islandia, negeri yang selama ini identik dengan suhu ekstrem, salju, dan lapisan es abadi. Untuk pertama kalinya, para peneliti menemukan spesies nyamuk hidup di wilayah tersebut.

Temuan ini memperkuat bukti nyata dampak perubahan iklim yang mulai mengubah pola ekosistem di kawasan utara bumi.

Lembaga penyiaran nasional Islandia mengumumkan pada Senin, 20 Oktober 2025, tiga spesimen nyamuk muncul di Kjos, lembah pedesaan dekat Hvalfjordur.

Pengamat serangga, Bjorn Hjaltason pertama kali melaporkan penemuan itu melalui grup Facebook Skordyr a Islandi atau Serangga di Islandia. Ia mengunggah foto dan laporan lapangan yang kemudian menarik perhatian peneliti dari Institut Sejarah Alam Islandia.

Ahli entomologi, Matthias Alfredsson meneliti sampel tersebut dan memastikan serangga itu merupakan nyamuk.

“Kemungkinan besar nyamuk itu akan menetap di sini,” ujarnya mengutip CNN Indonesia dari Anadolu Agency, Senin, 27 Oktober 2025.

Ia menjelaskan, nyamuk sering mencari tempat teduh seperti gudang atau kandang ternak untuk bertahan selama musim dingin.

Para ilmuwan mengidentifikasi spesies itu sebagai Culiseta annulata, jenis nyamuk tahan dingin yang umum di Eropa Utara. Jenis ini memiliki kemampuan beradaptasi tinggi terhadap suhu rendah, sehingga dapat hidup lebih lama dibandingkan spesies tropis lainnya.

Secara biologis, nyamuk membutuhkan suhu hangat untuk berkembang. Mereka tumbuh optimal pada suhu di atas 28 derajat Celsius, sedangkan suhu di bawah 10 derajat Celsius bisa mematikan.

Beberapa nyamuk betina berhibernasi hingga enam bulan dengan cara bersembunyi di tempat terlindung. Sementara yang lain, meninggalkan telur di air beku dan menunggu musim hangat untuk menetas.

Kemunculan nyamuk di Islandia menunjukkan, bagaimana perubahan iklim mengubah batas alami makhluk hidup. Kenaikan suhu global membuka peluang bagi spesies berdarah dingin untuk menjelajahi wilayah yang dulunya terlalu dingin untuk mereka huni.

Fenomena ini menegaskan pemanasan global bukan sekadar teori, melainkan kenyataan yang kini mulai terasa hingga ke “negeri es” di utara Eropa. (*)

Berita Terkait

Back to top button