Mataram (NTBSatu) – Kota Mataram berada dalam posisi geografis yang sangat rentan terhadap bencana. Ibu Kota Provinsi NTB ini diapit oleh dua lempeng aktif, yakni Indo-Australia di Selatan dan Flores di Utara. Sehingga, menghadapai risiko ganda seperti gempa megathrust dan tsunami.
Sekretaris BPBD Kota Mataram, Muzaki menegaskan, potensi gempa megathrust di selatan NTB dapat mencapai magnitudo 8,5, dengan gelombang tsunami yang bisa menerjang pesisir Kota Mataram dalam waktu singkat.
“Mataram berada di antara dua sumber gempa besar, megathrust selatan dan lempeng Flores di utara. Ini membuat kami harus bersiap menghadapi bencana skala besar,” ujar Muzaki, Senin, 23 Juni 2025.
Zona Merah: Ampenan dan Sekarbela Paling Rawan
Dua kecamatan yang berada di garis depan potensi bencana adalah Ampenan dan Sekarbela. Selain berbatasan langsung dengan laut, kedua wilayah ini padat penduduk dan menjadi pusat aktivitas ekonomi.
Muzaki menyebut, pada gempa besar 2018 lalu, bangunan penting seperti Fakultas Kedokteran Universitas Mataram dan Narmada Convention Hall mengalami kerusakan berat. Jika gempa megathrust terjadi, dampaknya bisa jauh lebih parah.
Untuk memperkuat kesiapsiagaan, BPBD Kota Mataram sedang menjalankan dua program yaitu KENCANA (Kecamatan Tangguh Bencana) dan DESTANA (Desa/Kelurahan Tangguh Bencana).
Program tersebut mencakup pelatihan evakuasi, penyusunan rencana kontinjensi, pembentukan forum risiko bencana, serta peningkatan kapasitas masyarakat.
Delapan kelurahan di dua kecamatan sudah terlibat aktif dalam program ini, dengan dukungan dana dari pusat.
Selain itu, BPBD juga meluncurkan program Keluarga Tangguh Bencana (Katana) yang fokus pada penyelamatan kelompok rentan seperti ibu hamil, lansia, dan balita.
Peringatan Dini Masih Terbatas
BPBD mengakui masih ada tantangan dalam kesiapan infrastruktur. Sebelumnya, Pemerintah Pusat telah menganggarkan Early Warning System (EWS) untuk 8 kelurahan tanggap bencana. Namun karena pemangkasan hanya tiga titik atau kelurahan saja yang akan dibangun.
“Minggu ini kami akan kembali lakukan sosialisasi kepada masyarakat, agar semua pihak memahami risiko dan tahu apa yang harus dilakukan saat bencana datang,” tambah Muzaki. (*)