Mataram (NTBSatu) – Islamic Relief Indonesia bersama 10 mitra LAZ dan LSM lokal lainnya yang beroperasi di NTB menggelar acara bertajuk Doa Seribu Yatim di Teras Udayana dan Islamic Center NTB, Minggu, 15 September 2024.
National Program Coordinator Islamic Relief Indonesia, Rizky Mohamad menyampaikan, aksi damai ini juga menyuarakan terkait Perlindungan Anak dan Perempuan.
“Kami mendukung inisiatif global untuk menghentikan konflik dan kekerasan serta dampak dari bencana dan perubahan iklim,” ujarnya.
Melihat situasi negara-negara Afrika yang mengalami konflik bersenjata, bencana kekeringan, dan bencana banjir bandang dampak dari perubahan iklim. 64 juta orang di wilayah tersebut menghadapi kerawanan pangan. Di antara mereka, terdapat 12 juta anak yang mengalami malnutrisi akut.
Di Gaza Palestina, 41.000 orang kebanyakan wanita dan anak-anak telah tewas. Sementara lebih dari 92.000 orang terluka.
1 dari 10 anak kecil mengalami kekurangan gizi akut. Lebih dari 75 persen penduduk telah mengungsi, dengan ratusan ribu keluarga terpaksa berpindah-pindah untuk mencari tempat yang aman.
Konflik bersenjata di Ukraina, Afghanistan, Syria, Myanmar dan bencana alam di Bangladesh serta Pakistan membuat anak-anak dan Wanita mengalami penderitaan 14 kali lebih besar dari pada kelompok lainnya.
“Di Indonesia 25 juta penduduk masih dala kategori miskin hidup dalam kesulitan dan penderitaan. Bersama lebih dari 5 juta anak-anak yatim yang membutuhkan uluran tangan para muzaki,” ujar Rizki.
Ia memaparkan, tahun 2024 memiliki makna strategis bagi Indonesia. Indonesia berhasil melewati masa sulit pemilu presiden dan legislatif bulan Februari 2024 lalu.
Dengan rangkaian kegiatan proses berdemokrasi, ia berharap Indonesia dapat terus istiqomah menapaki era baru menuju Indonesia Emas 2045. Juga sebagai Negara Nusantara Berdaulat, Maju dan Berkelanjutan.
Kendati demikian, negara ini masih menghadapi tantangan maraknya kekerasan berbasis gender. Kekerasan dalam rumah tangga kerap terjadi di berbagai tempat di Indonesia. Termasuk perundungan anak sering terjadi, dan perkawinan anak marak di sana-sini.
NTB saat ini memiliki peringkat pertama untuk provinsi dengan pernikahan anak tertinggi di Indonesia dengan budaya merariq kodeq yang ada.
NTB Duduki Peringkat Puncak Perkawinan Anak
Angka perkawinan anak di Provinsi NTB mencapai 17,36 persen. Menjadikan NTB berada dalam posisi puncak untuk perkawinan anak. Hal ini akan menimbulkan berbagai dampak ekonomi, sosial, dan kesehatan bagi anak dan masyarakat.
Dengan partisipasi aktif dari berbagai pihak, Rizki berharap dapat membangun masyarakat yang lebih sadar dan responsif terhadap perlindungan anak dan pencegahan kekerasan berbasis gender. Upaya ini akan mendukung terciptanya NTB Menuju Nol Perkawinan Anak dan Indonesia yang lebih maju dan ramah anak.
“Kami juga berkomitmen dengan pencapaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals – SDGs) khususnya kontribusi terhadap SDG 5,8, dan 16 melalui implementasi Project Empower dan Program Sponsorship,. (*)