Mataram (NTBSatu) – Museum NTB menerima kunjungan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI dalam rangka memperdalam multikulturalisma budaya, Rabu, 12 Juni 2024.
Kunjungan tersebut merupakan bagian dari agenda Studi Strategis Dalam Negeri (SSDN) Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXVII tahun 2024. Agenda tersebut berlangsung sealam tiga hari di Lombok, NTB.
Rombongan dipimpin langsung Mayor Jenderal TNI, Rano Maxim Adolf Tilaar, S.E., dan disambut hangat oleh Kepala Museum Negeri NTB, Ahmad Nuralam, S.H., M.H beserta jajaran pegawai dan staf.
Alam -sapaan Kepala Museum Negeri NTB– menyampaikan, terima kasih dan rasa bangga kepada Lemhannas RI karena telah melakukan kunjungan sebagai bagian dari agenda studi strategis.
“Kami atas nama keluarga besar museum menyampaikan terima kasih atas kehadiran bapak/ibu sekalian yang sudah mampir ke tempat kami,” tuturnya.
Multikulturalisme dan Persilangan Budaya di NTB
Ia menjelaskan, meskipun Museum NTB terlihat kecil, namun menyimpan tentang perjalanan sejarah dan keragaman budaya masyarakat yang hidup di dalamnya.
Menurutnya, keragaman ini terlihat dari perbedaan budaya masyarakat Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Masyrakat Lombok mempunyai kesamaan dengan masyarakat Bali maupun Jawa. Sedangkan, Pulau Sumbawa mempunyai kecocokan kesamaan dengan komunitas masyarakat yang ada di Sulawesi, Makassar maupun Bugis.
“Jadi inilah menjadi kekuatan kami di NTB. Walaupun berbeda kesamaan budaya, tapi nilai strategisnya adalah kami bersatu dalam satu provinsi yang namanya NTB. Serta, sejarah dan budaya ini masih tersimpan secara baik di museum,” jelas Alam.
Ia menambahkan, kalau di NTB terdapat bukti persilangan budaya. Hal ini dampak ketika pelabuhan Ampenan menjadi pusat niaga untuk pelaut dan pedagang di Asia dan Eropa pada abad ke-16 dan 17.
“Jadi kalau kita melihat jangkar yang ada, itu bukti bahwa pelabuhan Ampenan dahulu adalah pelabuhan internasional,” ungkap Alam.
Dengan begitu, multikulturalisme budaya dan bukti silang budaya yang ada ini merupakan kekayaan dan kekuatan NTB sebagai identitas suatu daerah.
“Jadi keberagaman dan silang budaya inilah menjadi kekayaan budaya kita di NTB,” tambah Alam.
Hal senada juga disampaikan oleh Pamong Budaya Madya Museum Negeri NTB, Bunyamin, M.Hum. Ia menerangkan, bahwa keragaman budaya di Pulau Sumbawa ini terjadi karena hubungan keluarga yang sangat erat terutama melalui jalur perkawinan.
Sementara, di Pulau Lombok terpengaruhi oleh budaya dari Jawa dan Bali yang berawal sejak masa Hindu, masa Islam hingga kedatangan masyarakat Karang Asam pada abad ke -17.
“Jadi budaya-budaya yang dari luar bukan menggerus kebudayaan kita, tapi justru memperkaya,” tutup Bunyamin. (*)