Bappenas-BI Turun Langsung Hitung Dampak Ekonomi MotoGP Mandalika 2025

Mataram (NTBSatu) – Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Badan Pusat Statistik (BPS), hingga perwakilan Bank Indonesia (BI), melakukan kajian mendalam dampak ekonomi selama pelaksanaan MotoGP Mandalika pada 3-5 Oktober 2025.
Direktur Utama Mandalika Grand Prix Association (MGPA), Priandhi Satria mengatakan, tim yang dibawa Bappenas berjumlah 30 orang. Mereka akan melakukan survei langsung kepada pelaku UMKM, pemilik bus, mobil rental, tempat penginapan, hingga pemilik restoran. Tujuannya, menghitung pendapatan mereka selama tiga hari pelaksanaan MotoGP Mandalika.
“Sehingga, bisa dihitung dampak ekonominya secara terukur, baik di Mandalika, Lombok, NTB, maupun dampak ekonomi yang keluar di NTB,” ujar Priandhi, Selasa, 7 Oktober 2025.
Ia menyampaikan, dampak ekonomi dari penyelenggaraan event balap motor internasional ini, tidak hanya masyarakat NTB rasakan. Namun, orang di luar NTB juga ikut merasakannya.
Ia mencontohkan, pada pelaksanaan MotoGP kemarin, terdapat 30 mobil ambulans yang disediakan. Sebagian besarnya dari luar NTB, misalnya Bali dan Surabaya.
“Kita punya 30 ambulans yang advance, di NTB jumlahnya tidak lebih dari 10 unit. Nah, yang 20 lagi kan kita sewa dari luar NTB. Ada dari Bali, Surabaya, jadi ini dampak ekonomi juga keluar dari NTB,” katanya.
Dampak Ekonomi Capai Rp4,8 Triliun
Sebelumnya, Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Erick Tohir menyebutkan, dampak ekonomi berkat penyelenggaraan MotoGP ini mencapai Rp4,8 triliun.
Angka ini, kata Priandhi, realistis dan masuk akal. Menurutnya, berkaca pada tahun sebelumnya, dampak eknominya mencapai hampir Rp4 triliun dengan jumlah penonton kurang lebih 121 ribu orang.
Sehingga, lanjut Priandhi, bukan tidak mungkin tahun ini mencapai Rp4,8 triliun, karena jumlah penontonnya mencapai 140 ribu orang. Meningkat dari tahun sebelumnya.
“Pastinya kan lebih besar lagi (daripada tahun sebelumnya). Mungkin saja lebih dari itu. Perhitungan itu sedang dihitung oleh tim dari Bappenas, beserta BPS di dalamnya ada BI dan independent survivor,” jelasnya.
Priandhi tak menampik, semua event MGPA memberikan dampak ekonomi bagi masyarakat. Terutama, di sekitar sirkuit. “Suka tidak suka, fakta bahwa semua event MGPA ini memberikan dampak ekonomi, terlepas itu kecil atau besar,” katanya.
Misalnya, saat MotoGP beberapa hari lalu, pihak penyelenggara dalam hal ini MGPA, merekrut 3.000 relawan. Tentu, kata Priandhi, selama pelaksanaan, MGPA menyediakan kebutuhan dan akomodasi bagi mereka. Misalnya, makan hingga transportasi.
“Itu semua kita pesan di masyarakat lokal. Tentu itu ada dampak ekonomi juga, uangnya berpindah tangan ke warga sekitar Mandalika,” ungkapnya.
Penonton MotoGP Mandalika 2025 140.000 Orang
Sebagai informasi, ajang balap MotoGP 2025 seri Indonesia yang berlangsung di Sirkuit Mandalika, Lombok Tengah, telah berakhir. Pembalap asal Spanyol, Fermin Aldeguer, keluar sebagai juara.
Selama tiga hari pelaksanaan, sejak sesi kualifikasi hingga balapan, tribun utama dan area penonton di Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika, Lombok Tengah, tampak dipadati ribuan penggemar balap dari berbagai daerah di Indonesia dan mancanegara. Seakan gambaran penonton itu membantah isu gelaran MotoGP Mandalika 2025 akan sepi penonton.
Menpora, Erick Tohir mengatakan, jumlah penonton MotoGP Mandalika 2025 mencapai 140.000 orang. Angka ini melampaui target, yaitu 121.000 orang.
“Luar biasa, pecah telur, ada 140.000 ribu penonton,” kata Erick ditemui di Sirkuit Mandalika, Minggu, 5 Oktober 2025.
Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal menyebutkan, dampak ekonomi berkat penyelenggaraan MotoGP ini mencapai Rp4,8 triliun.
“Yang lebih kelihatan adalah dampaknya terhadap ekonomi lokal adalah sangat nyata,” kata Iqbal.
Selain itu, pelaku usaha hotel juga merasakan hal yang sama. Pesanan kamar hotel oleh penonton MotoGP meningkat signifikan. Tak hanya di kawasan Mandalika sebagai zona I, di zona II Kota Mataram, dan zona III wilayah Gili, juga merasakan dampak penyelenggaraan event skala internasional ini.
“Semua merasakan dampaknya. Termasuk pelaku UMKM. Dulu hanya bisa kita tampung 60 UMKM, sekarang lebih dari 120 sepertinya . Jadi dari ekonomi paling atas sampai terbawah semua terdampak. Ini momentumnya bagus,” jelasnya. (*)