Deretan Aksi Demonstrasi Besar di Berbagai Negara, Asia hingga Eropa

Inggris
Di London, kelompok sayap kanan Unite the Kingdom juga menggelar protes anti-imigrasi dengan massa aksi lebih dari 110.000 orang. Pemimpin demonstrasi aktivis politik sayap kanan, Tommy Robinson.
Demonstrasi yang juga mengkritik kebijakan pengungsi ini berujung bentrok, setelah polisi mengaku mendapat serangan massa aksi.
Mengutip CNN, berdasarkan keterangan kepolisian, 26 petugas cedera dalam bentrokan ini. Selain itu, aparat menangkap sebanyak 25 orang massa aksi.
Prancis
Melansir NBC, pada 10 September 2025, sekitar 175.000 pengunjuk rasa memblokade jalan raya dan pompa bensin di seluruh wilayah Prancis.
Demo bertajuk “Block Everything” itu meletus buntut kemarahan warga terhadap pemerintah Prancis, salah satunya terkait kebijakan efisiensi anggaran.
Perdana Menteri, Francois Bayrou pada Juli 2025 lalu mengumumkan rencana pemotongan anggaran sebesar lebih dari 50 miliar euro (sekitar Rp964 triliun).
Bayrou mengusulkan membekukan dana pensiun di 2026, memotong miliaran dolar anggaran kesehatan, serta menghapus dua hari libur nasional dari kalender.
Warga yang marah pun mulai membentuk gerakan “Block Everything”. Protes ini lahir dari media sosial oleh aktivis sayap kanan, yang kemudian menyebar dan kelompok sayap kiri mengikuti.
Pihak berwenang mengerahkan 80.000 polisi dalam aksi unjuk rasa ini. Aparat menangkap ratusan orang, serta menembak gas air mata untuk membubarkan massa.
Turki
Di Ankara, Turki, protes besar juga terjadi baru-baru ini. Puluhan ribu orang menuntut kebebasan berpolitik setelah pemimpin partai oposisi utama Turki Partai Rakyat Republik (CHP), Özgür Özel, terancam digulingkan dalam kasus yang bergulir di pengadilan.
Pengadilan Turki sedang meninjau sejumlah kasus yang melibatkan CHP, di antaranya tuduhan korupsi hingga keterlibatan tindak terorisme.
Ratusan anggota CHP ditangkap karena berbagai tuduhan ini, termasuk Ekrem İmamoğlu selaku saingan politik utama Presiden Recep Tayyip Erdogan.
Dalam unjuk rasa pada Minggu, 14 September 2025, Özel sendiri ikut turun ke jalan memprotes pemerintahan Erdogan yang menurutnya merusak demokrasi. Ia mendesak agar Erdogan mundur dari jabatan. (*)