Istri Eks PM Nepal Ternyata Masih Hidup, Sempat Dikabarkan Tewas Dibakar Massa

Mataram (NTBSatu) – Rajyalaxmi Chitrakar, istri dari mantan Perdana Menteri Nepal Jhalanath Khanal, akhirnya terbukti selamat.
Sebelumnya, berbagai media melaporkan ia meninggal akibat kebakaran hebat yang melanda rumahnya di kawasan Dallu, Kathmandu, pada Selasa, 9 September 2025.
Insiden tersebut terjadi saat massa menggelar protes besar dan membakar sejumlah bangunan.
Menurut The Times of India mengutip ANI serta Khabarhub, Chitrakar meninggal setelah mengalami luka bakar kritis. Ia kabarnya sempat dilarikan ke rumah sakit, lalu dinyatakan meninggal karena cedera parah.
Pernyataan itu kemudian dibantah keluarga. India Today mengutip Kantipur Daily Nepal menurunkan pernyataan sekretaris pribadi Khanal, Krishna Bhattarai.
“Kondisi kesehatannya sudah membaik,” ungkap Bhattarai, Mengutip Tempo, Sabtu, 13 September 2025
Sampai saat ini, Chitrakar masih dalam perawatan di Kirtipur Burn Hospital.
NDTV mencatat polisi melepaskan tembakan ke arah massa sejak awal protes dan menewaskan 19 orang.
Laporan terbaru menyebut jumlah korban meninggal mencapai 22 orang dengan lebih dari 300 orang mengalami luka.
Aksi brutal juga menyasar tokoh pemerintahan. Massa mengejar Menteri Keuangan Bishnu Prasad Paudel, 65 tahun, di tengah jalan ibu kota. Rekaman yang tersebar memperlihatkan Paudel menerima pukulan dan tendangan.
Walau jam malam diberlakukan, gelombang massa tetap menyerbu jalanan di Kathmandu, Pokhara, Butwal, hingga Birgunj.
Pembakaran rumah Khanal berlangsung bersamaan dengan aksi massa yang mengincar kediaman pejabat lain.
Kompleks Singh Durbar ikut terbakar, begitu pula kediaman resmi Presiden Sheetal Niwas.
Amukan massa juga meluas ke rumah Presiden Ram Chandra Paudel, Perdana Menteri Khadga Prasad Oli, serta rumah dua mantan perdana menteri, Pushpa Kamal Dahal “Prachanda” dan Sher Bahadur Deuba.
Laporan NDTV menyebut di kediaman Deuba, dirinya dan istrinya yang menjabat Menteri Luar Negeri, Arzu Rana Deuba, turut mendapat serangan.
Sebagai informasi, akar protes bermula dari keputusan pemerintah yang memblokir 26 platform media sosial, termasuk Facebook, Instagram, WhatsApp, X, dan YouTube.
Pemerintah menyebut alasan pajak dan keamanan siber. Namun masyarakat menilai langkah itu menyerang kebebasan berekspresi sekaligus cara menutup-nutupi praktik korupsi.
Meski blokir sudah dicabut, protes tetap berlanjut. Generasi muda, terutama Gen Z, semakin keras menyuarakan kritik.
Mereka menyoroti gaya hidup mewah anak pejabat yang dijuluki Nepo Kids, sementara sebagian besar pemuda Nepal berjuang mencari pekerjaan. (*)