25 KEK di Indonesia Cuma Etalase, Malaysia dan Vietnam Sudah Jadi Magnet Dunia?

25 KEK di Indonesia dan Sektornya
Hingga kini, pemerintah telah menetapkan 25 KEK: 13 di sektor industri, 8 di pariwisata, 3 di digital dan pendidikan, serta 1 di jasa lainnya. Dari jumlah itu, hanya 7 KEK berada di Pulau Jawa, sementara 18 tersebar di luar Jawa.
Sektor Industri (13 KEK)
Arun Lhokseumawe (Aceh), Sei Mangkei (Sumut), Industropolis Batang (Jateng), Kendal (Jateng), Gresik (Jatim), Tanjung Sauh (Kepri). Kemudian, Galang Batang (Kepri), Setangga (Kalsel), Maloy Batuta Trans Kalimantan (Kaltim), Palu (Sulteng), Bitung (Sulut), Morotai (Malut), Sorong (Papua Barat).
Sektor Pariwisata (8 KEK)
Batam International Tourism & Health (Kepri), Tanjung Kelayang (Babel), Tanjung Lesung (Banten), Lido (Jabar). Lalu, Kura-kura Bali (Bali), Sanur (Bali), Mandalika (NTB), Likupang (Sulut).
Sektor Digital & Pendidikan (3 KEK): Nongsa (Kepri), Edukasi-Teknologi-Kesehatan Internasional Banten, Singhasari (Jatim).
Sektor Jasa Lainnya (1 KEK): Batam Aero Technic (Kepri).
Meski 25 KEK Indonesia sudah berhasil menarik investasi triliunan rupiah dan menyerap ratusan ribu tenaga kerja, faktanya daya saingnya masih jauh di bawah Malaysia dan Vietnam.
Keterbatasan lahan, rendahnya utilisasi, infrastruktur yang belum merata, serta regulasi yang belum konsisten membuat Indonesia belum benar-benar jadi magnet utama investor global.
Tanpa gebrakan besar dalam ekspansi, hilirisasi, dan percepatan infrastruktur, KEK Indonesia berisiko hanya menjadi etalase investasi sekadar menarik perhatian, tapi gagal menyaingi dominasi kawasan ekonomi khusus negara tetangga. (*)