Gudang Garam PHK Massal, Kekayaan Pemiliknya Turun Drastis Jadi Segini

Mataram (NTBSatu) – PT Gudang Garam Tbk (GGRM), salah satu raksasa rokok nasional, menghadapi situasi sulit dengan isu pemutusan hubungan kerja (PHK) massal. Perusahaan terpaksa mengambil langkah itu setelah penjualan anjlok dan stok tembakau menumpuk di gudang.
Turunnya permintaan rokok menjadi pemicu utama gejolak tersebut. Rokok ilegal yang beredar luas di pasaran semakin merusak penjualan resmi. Karena harga jualnya jauh lebih murah dibandingkan rokok pabrikan. Bahkan lebih terjangkau daripada rokok lintingan atau tingwe.
Kondisi pasar yang makin tidak sehat membuat Gudang Garam menghentikan pembelian tembakau dari Temanggung. Keputusan itu menandakan perusahaan mengalami penurunan omzet signifikan yang berdampak langsung terhadap ribuan pekerja dan rantai pasok industri tembakau.
Laba Anjlok Hingga 87 persen
Berdasarkan laporan keuangan yang Bursa Efek Indonesia (BEI) publikasikan, kinerja Gudang Garam pada semester I 2025 merosot tajam. Laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk hanya sebesar Rp117,1 miliar. Angka itu ambles 87,3 persen jika membandingkan capaian semester I 2024 yang mencapai Rp925,5 miliar.
Selain itu, pendapatan perusahaan turun 11,4 persen menjadi Rp44,3 triliun dari Rp50,01 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Tren pelemahan ini tercatat terus berulang selama satu dekade terakhir, menandakan Gudang Garam kesulitan mempertahankan dominasi di pasar rokok nasional.
Dampak ke Harta Pemilik Gudang Garam
Kemerosotan kinerja Gudang Garam juga menyeret kekayaan Presiden Direktur Susilo Wonowidjojo. Data Forbes 2024 menunjukkan nilai kekayaan keluarga Susilo hanya tersisa US$2,9 miliar atau sekitar Rp47,4 triliun dengan kurs Rp16.345 per dolar AS.
Susilo tercatat memegang 1.709.685 lembar saham Gudang Garam, setara 0,09 persen dari total kepemilikan. Meski porsinya kecil, posisinya krusial karena ia menjadi nahkoda utama perusahaan.
Nilai kekayaan Susilo pernah menanjak pada 2014–2018 seiring tingginya laba bersih Gudang Garam. Namun sejak 2019, tren justru berbalik. Harta Susilo menyusut drastis hingga kehilangan 68,5 persen dalam enam tahun terakhir.
Jika dihitung, penurunan dari US$9,2 miliar pada 2018 menjadi US$2,9 miliar pada 2024. Berarti ia kehilangan US$6,3 miliar atau setara Rp103,41 triliun dengan kurs Rp16.415 per dolar AS.
Penurunan ini menunjukkan betapa rapuhnya bisnis rokok besar menghadapi gempuran rokok ilegal, perubahan konsumsi masyarakat, serta dinamika regulasi cukai yang makin ketat. (*)