UAD-Tamsis Latih Guru SD Kota Bima Kuatkan Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal

Mataram (NTBSatu) – Tim Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta – STKIP Taman Siswa (Tamsis) Bima, menggelar workshop Inclusive Multicultural Education di Kota Bima, Selasa, 26 Agustus 2025. Kegiatan ini merupakan sebuah upaya inspiratif untuk menguatkan pembelajaran berbasis kearifan lokal.
Kegiatan mengangkat tema “Pengembangan Deep Learning Approach melalui Universal Design for Learning (UDL) berbasis Indigenous Knowledge pada pembelajaran IPS SD Kota Bima.”
Sebanyak 16 guru dari empat sekolah dasar negeri di Kota Bima, yakni SDN 25 Santi, SDN 61 Karara, SDN 11 Manggemaci, dan SDN 42 Manggemaci, mengikuti pelatihan dengan penuh antusias.
Acara dibuka dengan doa, sambutan, serta arahan dari ketua tim peneliti, Kirana Prama Dewi, S.Sos., M.Pd.
Ia menekankan pentingnya guru untuk terus beradaptasi dengan perkembangan pendidikan tanpa melupakan pengetahuan lokal. “Kearifan lokal adalah cerminan identitas, nilai, dan solusi yang kita wariskan lintas generasi,” Kirana Prama Dewi.
Workshop tersebut menghadirkan tiga narasumber, yaitu Kirana Prama Dewi, S.Sos., M.Pd., dan Probosiwi, M.Sn. Mereka dari PGSD FKIP Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. Serta, Miftahul Jannah, M.Pd., dari Prodi PGSD STKIP Taman Siswa Bima.
Melalui pemaparan materi, guru-guru tidak hanya memahami teori, tetapi juga mempraktikkan langsung pengembangan modul ajar dengan pendekatan deep learning. Serta, kerangka UDL yang berpadu dengan pengetahuan lokal Bima.
“Selama proses berlangsung, para peserta terlibat aktif dalam diskusi dan latihan. Di akhir kegiatan, setiap guru menghasilkan rancangan modul ajar yang siap diimplementasikan. Workshop ini juga menyepakati adanya tindak lanjut berupa program pendampingan agar modul tersebut dapat benar-benar guru terapkan di ruang kelas,” paparnya.
Kegiatan ini menegaskan, pendidikan inklusif dan multikultural bukan sekadar wacana, melainkan praksis nyata yang bisa tumbuh dari desa hingga kota.
Dengan mengintegrasikan kearifan lokal ke dalam strategi pembelajaran modern, harapannya para guru mampu membentuk generasi muda yang berakar pada identitasnya. Namun tetap adaptif menghadapi masa depan. (*)